Pengaruh Hasil Survei terhadap Bandwagon Effect dalam Pemilu Kepala Daerah

Keterangan FOTO : Lalu Guruh Aprianto (Ketua Laga Sasak)

Penulis: Lalu Guruh Aprianto (Ketua Laga Sasak)

*Apa Itu Bandwagon Effect?*
Bandwagon Effect adalah fenomena psikologis di mana individu cenderung mengikuti apa yang dianggap sebagai tren mayoritas atau pilihan populer. Istilah ini berasal dari kebiasaan orang-orang yang secara harfiah “meloncat ke atas kereta musik” (bandwagon) dalam parade, yang secara metaforis berarti mengikuti arus yang sedang dominan.

Dalam konteks sosial dan politik, Bandwagon Effect menggambarkan kecenderungan seseorang untuk mendukung atau memilih pihak yang mereka anggap paling populer atau paling mungkin menang, berdasarkan informasi yang tersedia, seperti hasil survei, pemberitaan media, atau opini publik yang luas.

Fenomena ini sering muncul dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pemasaran, mode, dan terutama dalam politik. Dalam konteks pemilu, Bandwagon Effect dapat menyebabkan pemilih mengubah preferensi mereka untuk mendukung calon yang tampaknya memiliki dukungan mayoritas, bahkan jika mereka awalnya memiliki pilihan yang berbeda.

Hal ini bisa terjadi karena dorongan untuk menjadi bagian dari kelompok mayoritas, menghindari risiko merasa “salah” atau “terpisah” dari tren yang ada, serta keinginan untuk mendukung calon yang dianggap paling berpeluang menang.

*Pengaruh Hasil Survei terhadap Bandwagon Effect*
Dalam proses pemilu, hasil survei memiliki peran yang signifikan dalam membentuk opini publik.

Survei politik sering digunakan untuk mengukur popularitas calon, tingkat elektabilitas, atau pandangan publik terhadap isu-isu tertentu. Ketika hasil survei menunjukkan bahwa seorang calon unggul dibandingkan pesaingnya,

Bandwagon Effect dapat terjadi, di mana pemilih yang awalnya belum memutuskan atau netral mungkin mulai mendukung calon yang dianggap populer tersebut.

Ada beberapa cara di mana hasil survei dapat mempengaruhi Bandwagon Effect:
*1. Mempengaruhi Pemilih Mengambang (Swing Voters)*
Pemilih mengambang adalah mereka yang belum memiliki preferensi yang kuat atau belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih hingga mendekati hari pemilihan. Hasil survei yang menunjukkan keunggulan signifikan dari calon tertentu dapat membuat pemilih mengambang ini condong mendukung calon tersebut.

Mereka mungkin berpikir bahwa mendukung calon yang paling populer atau paling berpeluang menang adalah pilihan yang “aman” dan lebih menguntungkan secara strategis.

*2. Mempengaruhi Persepsi Publik Secara Umum*
Survei yang menunjukkan calon tertentu memiliki dukungan mayoritas dapat membentuk persepsi publik bahwa calon tersebut adalah yang paling kompeten atau layak.

Media yang menyoroti hasil survei ini dapat memperkuat persepsi tersebut, mendorong lebih banyak orang untuk mengikuti arus dan mendukung calon yang sama.

Hal ini menciptakan siklus di mana dukungan terhadap calon tersebut semakin meningkat karena semakin banyak orang yang bergabung.

*3. Mobilisasi Dukungan Tambahan*

Ketika seorang calon ditampilkan sebagai unggul dalam survei, mereka cenderung mendapatkan dorongan tambahan berupa dukungan dari pihak-pihak yang sebelumnya mungkin netral atau tidak terlalu aktif.

Misalnya, donatur, kelompok masyarakat, atau tokoh berpengaruh mungkin merasa lebih terdorong untuk mendukung calon tersebut karena mereka melihat adanya peluang kemenangan yang lebih besar. Ini semakin memperkuat Bandwagon Effect, karena dukungan tambahan ini bisa membuat calon tersebut semakin dominan dalam pandangan publik.

*4. Mengurangi Kompetisi yang Sehat*

Bandwagon Effect juga dapat mengurangi kompetisi yang sehat dalam pemilu. Ketika pemilih mulai berbondong-bondong mendukung calon yang dianggap populer, calon lain yang mungkin memiliki program atau visi yang baik tetapi tidak diunggulkan dalam survei bisa kehilangan dukungan.

Hal ini menyebabkan pemilih tidak lagi mempertimbangkan opsi lain secara objektif, melainkan lebih memilih untuk mengikuti tren mayoritas.

*Dampak Negatif Bandwagon Effect dalam Demokrasi*
Meskipun Bandwagon Effect dapat memberikan keuntungan bagi calon yang diunggulkan, fenomena ini juga membawa sejumlah dampak negatif terhadap proses demokrasi:

*1. Mengurangi Rasionalitas Pemilih*

Bandwagon Effect dapat menggeser proses pemilihan dari sebuah keputusan rasional yang didasarkan pada penilaian kebijakan dan kapabilitas kandidat menjadi sekadar mengikuti tren mayoritas. Hal ini mengurangi kualitas keputusan pemilih, karena mereka tidak lagi memilih berdasarkan analisis mendalam, tetapi lebih karena dorongan sosial untuk mengikuti mayoritas.

*2. Meningkatkan Risiko Manipulasi Survei*

Karena Bandwagon Effect bisa sangat mempengaruhi hasil pemilu, ada risiko lembaga survei atau pihak tertentu memanipulasi hasil survei untuk menciptakan persepsi publik yang menguntungkan kandidat tertentu. Ini bisa mengarah pada praktik politik yang tidak etis dan merusak integritas demokrasi.

*3. Menghilangkan Alternatif Pilihan*

Ketika Bandwagon Effect mendominasi, kandidat yang tidak diunggulkan dalam survei dapat tersingkir dari kompetisi. Ini mempersempit pilihan bagi pemilih dan mengurangi peluang bagi kandidat yang mungkin memiliki program dan visi yang baik tetapi tidak diuntungkan oleh popularitas.

*Kesimpulan*

Bandwagon Effect adalah fenomena yang kuat dalam pemilu dan dapat dipicu oleh hasil survei yang dirilis secara luas.

Meskipun survei penting untuk memetakan opini publik, pemilih harus tetap kritis dan rasional dalam menilai hasil survei. Mengambil keputusan hanya berdasarkan tren mayoritas tanpa pertimbangan matang dapat berdampak negatif pada kualitas demokrasi.

Oleh karena itu, pemahaman akan dampak Bandwagon Effect perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa proses demokrasi tetap berjalan secara adil dan sehat.