KENDALA PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh: Seftia Khaerunnisa’
Mahasiswa Program Studi Pendidikan bahasa Inggris, UNW Mataram, 2024

Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.

LOMBOKita – Pemerolehan bahasa pertama pada anak adalah proses yang sangat penting dalam perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Namun bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti anak dengan gangguan spekstrum autisme (ASD), keterlambatan perkembangan bahasa, atau gangguan pendengaran, proses pemerolehan bahasa dapat menghadapi banyak tantangan yang lebih kompleks.

Pemerolehan bahasa pertama adalah tahap dimana anak belajar untuk memahami dan menggunakan bahasa melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, yang mencakup orang tua, keluarga, teman, dan guru. Proses ini sangat bergantung pada kemampuan anak untuk memproses dan menanggapi rangsangan bahasa yang diterima, yang pada anak berkebutuhan khusus bisa terhambat oleh berbagai faktor
Anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang dalam hal ini mencakup anak-anak dengan autisme, celebral palsy, gangguan pendengaran, hingga gangguan perkembangan bahasa, sering kali menghadapi kesulitan dalam belajar bahasa yang menghalangi mereka untuk berkomunikasi dengan efektif.

Tanpa kemampuan yang memadai, anak-anak kesulitan mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan emosi mereka, yang dapat menyebabkan mereka frustasi dan kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dipelajari oleh seorang anak sejak lahir dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari dalam keluarga atau lingkungan sosial yang dekat. Bahasa pertama ini menjadi dasar bagi perkembangan keterampilan berbahasa seseorang dan berperan sangat penting dalam pembentukan identitas dan cara berfikir. Bahasa ibu umumnya dipelajari secara alami melalui interaksi langsung dengan orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitar.

Ketika seorang anak belajar bahasa pertamanya, proses pemerolehan bahasa juga dikenal sebagai akuisi bahasa terjadi di otaknya. Orang memiliki fungsi otak dan alat bicara yang normal dapat berbahasa dengan baik, begitu pula anak berkebutuhan khusus membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi atau menyuarakan isi hati mereka kepada orang lain. Namun kapasitas kecerdasan anak berkebutuhan khusus dibawah rata-rata membuat mereka kesulitan memperoleh bahasa dan sering mengalami gangguan berbahasa.

Berikut faktor-faktor penyebab kendala pemerolehan bahasa pada anak berkebutuhan khusus:

Gangguan Kognitif dan Neurologis: Banyak anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan autisme (ASD) mengalami kesulitan dalam memproses informasi kognitif.

Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami dan mengingat informasi linguistik. Misalnya anak-anak yang di diagnosis dengan gangguan spektrum autisme seringkali mengalami kesulitan untuk mengikuti aturan gramatikal yang berlaku dalam bahasa serta untuk memahami makna kata-kata atau simbol bahasa yang abstrak. Selain itu, gangguan neurologis seperti celebral palsy juga dapat memengaruhi kemampuan motorik anak yang sangat penting untuk berbicara dan berkomunikasi secara verbal.

Gangguan Persepsi Auditori dan Visual: Pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh gangguan persepsi visual dan auditori pada anak-anak dengan gangguan pendengaran atau keterbatasa persepsi auditif lainnya, serta masalah mendengar suara atau kata-kata.

Anak-anak dengan gangguan visual mungkin tidak dapat melihat ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang merupakan komponen penting dari komunikasi non-verbal sehingga keterlambatan dalam belajar berbicara atau memahami bahasa adalah wajar.

Isolasi Sosial dan Kurangnya Interaksi Sosial: Anak-anak dengan kebutuhan khusus, terutama anak-anak dengan autisme sering menunjukkan perilaku yang menyebabkan isolasi sosial. Namun, pemerolehan bahasa anak-anak sangat bergantung pada interaksi sosial yang intens. Mereka mungkin tidak tertarik untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang dapat menghambat perkembangan bahasa mereka.

Mereka memiliki keterbatasan dalam interaksi sosial karena mereka biasanya belajar bahasa pertama melalui percakapan sehari-hari dengan orang sekitar mereka.

Selain faktor-faktor penyebab kendala pemerolehan bahasa pada anak berkebutuhan khusus ada juga dampak-dampaknya seperti:

Gangguan Emosional dan Sosial: Anak-anak yang menghadapi kesulitan untuk belajar bahasa pertama cenderung merasa frustasi dan terisolasi yang dapat menyebabkan perkembangan emosional yang tidak sehat.

Anak-anak yang kesulitan berkomunikasi dapat mengalami rasa tidak aman, rendah diri, dan kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Anak-anak yang kesulitan berkomunikasi mungkin menujukkan prilaku agresif atau menarik diri dari lingkungan sosial.

Penghambat Pembelajaran Akademik: Perkembangan akademik anak-anak berkebutuhan khusus dapat terhambat oleh pemerolehan bahasa yang terlambat atau tidak sempurna. Bahasa sangat penting untuk memahami ide-ide baru disekolah.

Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan baik akan menghalangi mereka untuk mendengarkan arahan, mengikuti kelas, atau berpartisipasi dalam kegiatan belajar bersama teman-teman. Ini dapat menyebabkan mereka ketinggalan dalam hal-hal lain yang mereka pelajari.

Terhambatnya Kemandirian: Kemampuan bahasa anak juga memengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu sendiri. Anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi akan sulit meminta bantuan atau menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

Oleh karena itu, kendala dalam pemerolehan bahasa pertama dapat menyebabkan anak menjadi kurang mandiri yang dapat berdampak pada kehidupan mereka di masa depan.

Dari faktor dan dampak-dampak tersebut ada beberapa setrategi dan intervensi untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam pemerolehan bahasa antara lain:
Pendekatan Terapi Bahasa dan Bicara: Salah satu pendekatan utama yang dapat membantu anak berkebutuhan khusus adalah terapi bahasa dan bicara. Terapis yang terlatih dapat membantu anak-anak untuk belajar dan mempraktekkan keterampilan bahasa dengan cara yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Terapi ini mencakup latihan pengucapan, pemahaman tata bahasa, serta pengenalan kosakata baru. Dalam beberapa kasus terapi berbasis teknologi seperti penggunaan perangkat komunikasi alternatif dan augmentatif (AAC) dapat membantu anak-anak dengan gangguan pendengaran atau komunikasi verbal yang terbatas.

Program Intervensi Dini: Untuk mendukung anak-anak dengan keterlambatan bahasa, intervensi dini sangat penting. Program intervensi dini dimulai pada pada usia dini dapat mempercepat pemerolehan bahasa anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Program ini dapat meningkatkan kemampuan bahasa secara signifikan dengan pendekatan individual yang memfokuskan pada pengembangan bahasa dan komunikasi.
Penggunaan Media Visual dan Penguatan Sosial: Penggunaan media visual seperti gambar, video, atau kartu bergambar dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk mengajarkan kosakata dan konsep-konsep dasar bahasa pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD).

Penguatan sosial, seperti memberikan pujian atau penghargaan untuk menggunakan kata-kata atau ekspresi tertentu dapat mendorong mereka untuk belajar dan berkomunikasi lebih banyak lagi.

Peran Orang Tua dan Pendidik Dalam Lingkungan Sekolah: Peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam mendukung pemerolehan bahasa pertama pada anak berkebutuhan khusus. Dirumah orang tua harus menciptakan lingkungan yang kaya akan bahasa, memberikan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.

Di sekolah guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan mendukung keterampilan komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak.

Pemerolehan bahasa pertama pada anak berkebutuhan khusus adalah proses yang sulit tetapi tidak mustahil. Anak-anak ini menghadapi tantangan kognitif, auditori, sosial, dan emosional yang memerlukan perhatian khusus dan pendekatan. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat melewati tantangan ini dan memperoleh bahasa pertama mereka secara optimal dengan intervensi dini yang tepat, penggunaan terapi yang sesuai, dan dukungan dari orang tua, pendidik, dan terapis.

Perkembangan sosial, emosional, dan kognitif yang lebih baik akan dicapai oleh mereka yang mahir berbahasa selain meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Pada akhirnya , ini akan meningkatkan kualitas hidup mereka.