ENGARUH STROKE TERHADAP KEMAMPUAN BAHASA : ANOMIA

Oleh: Ulfa Dwiyanti
Mahasiswa Program Studi Pendidikan bahasa Inggris, UNW Mataram, 2024

Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.

LOMBOKita – Stroke merupakan suatu kondisi yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami kematian dan kelumpuhan, hal tersebut terjadi karena adanya gangguan pendarahan di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak.

Kerusakan pada otak dapat menyebabkan berbagai gangguan, salah satunya adalah gangguan yang menyebabakan penderitanya kesulitan menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara atau menulis. Gangguan ini disebut dengan anomia. Stroke anomia adalah jenis gangguan bahasa yang terjadi setelah mengalami stroke, terutama pada area otak yang mengontrol bahasa.

Kajian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam bagaimana stroke dapat mempengaruhi kemampuan bahasa, khususnya pada aspek anomia. Anomia merupakan gejala gejala umum pasca-stroke, mempengaruhi 80% penderitanya.

Anomia dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita stroke dan berdampak pada kemampuan berkomunikasi.

Anomia adalah bentuk afasia yang juga disebut afasia amnesik atau amnestik, afasia nominal atau afasia semantik. Anomia juga merupakan gangguan yang dapat ditemukan dalam berbagai jenis afasia dan karena alasan tersebut, tidak ada lokasi spesifik untuk lesi penyebab yang telah atau mungkin untuk didokumentasikan.

Afasia Anomik didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai dengan kesulitan mengingat kata meskipun berbicara lancar, tata bahasa benar, dan pemahaman utuh. Kondisi ini sering dianggap sebagai bentuk afasia paling ringan dan daapat menjadi titik akhir pemulihan untuk jenis afasia lainnya.

Penting untuk diingat, klasifikasi afasia cukup kompleks dan seringkali ada tumpang tindih antara satu jenis dan jenis lainnya. Tingkat keparahan gejala dapat bervariasi pada setiap individu. Lokasi kerusakan otak akan sangat mempengaruhi jenis dan tingkat keparahan afasia yang dialami.

Stroke anomia dapat dikategorikan berdasarkan jenis kata yang sulit ditemukan:
Anomia verbal: kesulitan menemukan kata-kata yang berhubungan dengan tindakan atau konsep.

Anomia visual: kesulitan menemukan nama benda yang dilihat.

Anomia auditori: kesulitan menemukan nama benda yang didengar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anomia yaitu:

Lokasi lesi otak: bagian otak yang mengalami kerusakan akibat stroke akan sangat menentukan jenis gangguan bahasa yang muncul. Area otak yang terkait dengan bahasa, seperti Broca dan Wernicke, sangat berperan dalam kemampuan kita untuk berbicara dan memahami bahasa.

Ukuran lesi:semakin besar area otak yaang rusak, semakin parah gangguan bahasa yang dialami.

Jenis stroke: baik stroke iskemik (penyumbatan pembuluh darah) maupun hemoragik (pecahnya pembuluh darah) dapat menyebabkan stroke anomia. Namun, mekanisme kerusakan yang berbeda dapat menghasilkan gejala yang sedikit berbeda.

Usia: orang yang lebih tua cenderung mengalami gangguan bahasa yang lebih parah setelah stroke dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Pengobatan utama untuk stroke anomia adalah terapi wicara. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien:

Meningkatkan kemampuan menemukan kata melalui latihan-latihan khusus, pasien dilatih untuk mengingat dan menggunakan kata-kata yang tepat.

Memahami bahasa: terapi juga fokus pada peningkatan kemampuan memahami bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Menggunakan strategi komunikasi alternatif: jika kesulitan menemukan kata, pasien dapat belajar menggunakan gestur, gambar, atau kalimat sederhana untuk menyampaikan pesan.

Stroke anomia adalah gejala umum pasca-stroke, yang mempengaruhi kemampuan bahasa dan kualitas hidup penderitanya. Faktor-faktor seperti kerusakan lesi otak, ukuran kesi, jenis stroke, dan usia dapat mempengaruhi anomia. Pengobatan yang tepat dan terapi wicara dapat membantu memulihkan kemampuan bahasa dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.