Mengenal Lebih Dekat Fenomena Meteorologi Waterspout
LOMBOKita – Tanggal 16 Desember 2022 sekitar pukul 06.40 WITA terlihat adanya fenomena meteorologi yaitu “waterspout” yang terjadi di Selat Lombok bagian utara. Tahun lalu tepatnya pada tanggal 27 Januari 2021 pernah terjadi fenomena yang sama yaitu waterspout namun terjadi di Selat Lombok bagian selatan.
Berdasarkan pengamatan radar cuaca sejak malam hari terdapat pertumbuhan awan konvektif yaitu awan Cumolonimbus di daerah Selat Lombok bagian utara yang bertahan hingga pagi hari.
Terjadinya fenomena waterspout dan angin puting beliung secara umum dapat terjadi ketika musim peralihan dan saat musim penghujan karena pada saat itulah pertumbuhan awan-awan konvektif akan lebih intens.
Waterspout adalah pusaran atmosfer yang memiliki diameter kisaran ratusan meter dengan durasi 3 menit hingga lebih dari satu jam. Pergerakan waterspout tergantung pada arah gerak awan-awan konvektif cumulonimbus pembentuknya. Mekanisme pembentukan waterspout sama dengan puting beliung dimana sistem pembentukannya dari awan cumulonimbus, jika puting beliung terjadi di darat berbeda dengan waterspout yang justru terjadi di perairan dapat berupa danau maupun laut dengan kecepatan lebih dari 34.8 knots atau 64.4 km/jam.
Bentuk dari waterspout seperti belalai yang keluar dari awan cumulonimbus berupa angin kencang yang berputar hingga membentuk pusaran terjadi di laut dengan durasi waktu yang singkat dan bersifat lokal. Adanya awan cumulonimbus mengindikasikan adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, namun tidak semua awan cumulonimbus akan menimbulkan puting beliung maupun waterspout.
Adanya kondisi tertentu seperti hangatnya suhu permukaan air, kelembaban udara yang cukup tinggi, serta didukung labilitas udara yang kuat mengindikasikan adanya ketidakstabilan atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan cumulonimbus dan menjadi pembangkit terbentuknya waterspout.
Adanya fenomena waterspout berbahaya bagi para nelayan dan warga yang berada di pesisir, sehingga dihimbau untuk berhati-hati dan menjauhi area pusaran tersebut.
Saat ini wilayah Nusa Tenggara Barat telah memasuki musim penghujan, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi dan selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca terkini dari BMKG.
Tinggalkan Balasan