TGB Mengajak Umat Islam Menjadi Penguat Bangsa
LOMBOKita – Segenap jajaran Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya menggelar acara Tabligh Akbar dan Muzakarah, Sabtu Malam, 22/7/2017.
Pada acara yang dimulai pukul 20.00 WIB tersebut, bertajuk “Meningkatkan Ukhuwah Menuju Indonesia Modern”.
Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) menghadiri silaturahim dan menyampaikan tausiyah dalam acara itu.
Dalam lawatannya selama dua hari di Provinsi Jatim, Ponpes ini merupakan lokasi keempat yang dikunjungi TGB.
Gubernur NTB dua periode ini disambut kebahagiaan oleh Pimpinan Ponpes, bersama pengurus dan ratusan jemaah yang hadir saat itu. Gubernur TGB mengungkapkan rasa bangganya terhadap Ponpes dan Gerakan Hidayatullah selama ini. Bahkan diceritakannya, jauh sebelum menimba ilmu di Al Azhar Kairo Mesir, TGB sudah mendengar tentang berbagai kiprah dan keberadaan organisasi Hidayatullah.
Hal yang paling dikaguminya adalah kegigihan para santri Hidayatullah yang terus memberikan pencerahan ke seluruh penjuru nusantara. Karenanya, TGB merasa sangat bersyukur dapat hadir di tengah para santri dan santriwati untuk bermuzakarah atau berdiskusi tentang keilmuan. Yakni berdialog menuju jalan kebaikan. Juga mendiskusikan bagaimana mayoritas islam membawa kebaikan dalam kehidupan berbangsa. Sebab agama menurut TGB adalah penguat suatu bangsa, bukan sebaliknya melemahkan suatu bangsa.
Ditegaskannya, bahwa dalam ajaran agama Islam, sudah sangat jelas diajarkan tentang nilai- nilai kebaikan. Di dalam Al Qu’ran disebut “Baldatun toyyibatun warabbun gafur”, tutur Gubernur yang juga Al Hafiz itu.
Oleh karenanya, TGB mengatakan lebih senang menggunakan kata muzakarah dibanding Tabligh Akbar. Alasannya karena kata majelis Muzakarrah, bermakna sebagai majelis yang memberikan ruang diskusi keilmuan. “Jika ada dua orang berilmu berdiskusi maka akan lahir ilmu yang ketiga,” terangnya.
“Sedangkan tablig akbar, lebih bermakna pada harapan harapan besar yang tentunya tetap dalam kebaikan kebaikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, TGB mengajak Umat Islam Indonesia menjadi penguat bangsa, dengan cara mengamalkan nilai- nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya.
“Umat islam sebagai mayoritas di Indonesia, bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan salah satu cara Allah untuk memastikan rahmat dan kasih sayang-Nya tetap terjaga,” terang TGB, seraya menegaskan bahwa umat Islam di dunia diciptakan untuk Amal Makruf Nahi Mungkar.
Saat itu, Gubernur TGB juga menjelaskan hadist yang mengilustrasikan umat manusia yang terbagi dalam dua kelompok dalam sebuah kapal yang berlayar mengarungi lautan. Diuraikannya, bahwa kelompok pertama digambarkan berada di bagian bawah kapal dan ingin melubangi kapal supaya mudah untuk mendapatkan air tanpa memikirkan kelompok lain yang berada diatas kapal. Apabila kapal bocor dan tenggelam maka yang jadi korban adalah semua penumpang kapal. Bukan hanya pelaku atau kelompok yang melubangi kapal tersebut.
“Jika kapal yang berlayar itu diumpamakan NKRI, maka semua kelompok, semua etnis dan semua anak bangsa ini, harus saling mengingatkan untuk menjaga NKRI ini supaya tidak tenggelam,” pesan TGB.
Diingatkannya kembali, bahwa perbedaan bukan hanya terjadi pada zaman ini saja. Namun sudah ada sejak jaman rasulullah. Karenanya, perbedaan tidak boleh dijadikan ajang menimbulkan perpecahan.
Didalam Islam, kata TGB Zainul Majdi, setiap saat kita dituntun untuk selalu optimis dalam menghadirkan kebaikan. Untuk itu, TGB berpesan agar umat Islam selalu menebarkan kasih sayang dan kebaikan.
Diakhir tausiyahnya, TGB juga memberikan panduan menyikapi isu perpecahan ummat dan bangsa saat ini, yaitu dengan cara menjauhi saling berburuk sangka dan saling menyalahkan. Kemudian Ikatan sesama umat dan anak bangsa hendaknya didasari atas 5 pondasi, yakni : ad-din (agama), persaudaraan, hubungan kekerabatan, mahabbah atau saling mencintai. (hans)
Tinggalkan Balasan