Persiapkan Diri, Musim Haji 2022 Bertepatan dengan Puncak Musim Panas di Tanah Suci
LOMBOKita -Musim Haji tahun 2022 akan segera tiba. Dampak dari pandemi COVID-19 yang mulai mereda, serta regulasi perjalanan ke Tanah Suci yang mulai ‘bersahabat’, membuat antusiasme umat Islam di seluruh dunia untuk menjalankan Ibadah Haji/Umrah semakin besar.
Seketika kerinduan untuk mengunjungi Tanah Suci seakan sudah tak terbendung lagi, tidak terkecuali bagi Jamaah Haji asal Indonesia.
Mempertimbangkan waktu pelaksanaan Ibadah Haji sudah semakin dekat, maka segala hal yang mendukung kelancaran dan kekhusyukan Jamaah Haji saat menjalankan Ibadah Haji, harus benar-benar diperhatikan dan dipersiapkan sejak dini.
Meliputi persiapan fisik, mental, kesehatan, perbekalan, ilmu tentang manasik Haji, hingga wawasan tentang kondisi iklim di Tanah Suci yang memang sangat berbeda dari kondisi iklim di Indonesia.
Karena seperti yang telah dimaklumi bersama, bahwasanya salah satu faktor yang sangat mengurangi kenyamanan ibadah Haji adalah suhu udara yang sangat panas yang dirasakan di Tanah Suci. Sedangkan tidak semua Jamaah memiliki ketahanan fisik yang prima untuk menghadapi panasnya iklim gurun di Kota Makkah. Apalagi bukan tidak mungkin ada di antara Jamaah Haji yang telah berusia lanjut yang tentu lebih rentan terhadap kondisi iklim yang ekstrim.
Oleh karenanya, informasi tentang kondisi iklim di Tanah Suci khususnya informasi suhu udara, serta informasi tentang tata cara menghadapi suhu udara yang panas, sangat penting untuk diketahui oleh calon Jamaah Haji. Melalui informasi ini, diharapkan calon Jamaah Haji dapat mempersiapkan segala sesuatunya guna beradaptasi terhadap kondisi iklim ekstrim yang mungkin akan dihadapi saat sedang menjalankan Ibadah di Tanah Suci.
Informasi Kondisi Suhu Udara Kota Makkah dan Sekitarnya
Informasi kondisi suhu udara diperoleh dari data suhu udara Stasiun Pengamat Cuaca Arafah, Arab Saudi (Koordinat : 21°20’24″U, 39°58’27″E, Elevasi : 308 mdpl, ID WMO : 41032) Tahun 2021 sebagai sampel (Lihat grafik). Dimana Stasiun Pengamat Cuaca Arafah ini adalah salah satu stasiun pengamat cuaca yang titik koordinatnya paling dekat dari Kota Makkah.
Catatan : Pola suhu udara tahunan tidak akan jauh berubah dari tahun ke tahun, kecuali jika terdapat perubahan kondisi iklim yang sangat ekstrim.
Dari grafik di atas, informasi yang bisa didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), adalah periode dimana suhu udara paling nyaman dirasakan bagi umumnya warga Indonesia. Pada siang hari, rasa panasnya cenderung mirip dengan di Indonesia pada waktu siang bolong. Namun pada malam harinya, suhu udara yang dirasakan cenderung lebih dingin jika dibandingkan dengan malam hari di Indonesia.
2. Bulan Maret, April dan Mei (MAM), serta September, Oktober dan November (SON), adalah periode dimana suhu udara pada siang harinya terasa panas (lebih panas dari yang dirasakan di Indonesia). Demikian pula suhu yang dirasakan pada malam harinya yang cenderung hangat.
3. Sedangkan Bulan Juni, Juli dan Agustus (JJA), adalah periode puncak dari musim panas di Arab Saudi. Pada siang harinya, suhu udara yang terukur sangat ekstrim hingga mencapai 46°-50°C (suhu terpanas paling ekstrem di Indonesia hanya sampai di kisaran 38°C). Di tengah malam pun, suhunya hanya turun pada kisaran 30°C, mirip seperti suhu udara Indonesia pukul 10:00-11:00 siang. Singkatnya, pada periode JJA, suhu udara akan terasa panas sepanjang hari.
Berdasarkan konversi Kalender Hijriyyah dan Kalender Masehi, Musim Haji tahun 1443 Hijriyyah ini akan bertepatan dengan Bulan Juni – Juli 2022 (periode JJA). Ini menandakan bahwa Musim Haji tahun ini akan bertepatan dengan puncak Musim Panas di Tanah Suci.
Kiat Mempersiapkan Diri Menghadapi Suhu Panas Yang Ekstrim
Sebelum Keberangkatan
1. Hendaknya para calon jemaah haji melakukan Medical Check-up atau pemeriksaan menyeluruh. Hal ini dimaksudkan agar diketahui apakah Jamaah memiliki penyakit bawaan atau penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, ginjal, ataupun penyakit jantung.
2. Melakukan penyesuaian gaya hidup. Sebagian calon Jamaah mungkin ada yang terbiasa menggunakan pendingin ruangan/AC di rumah atau di kendaraannya. Beberapa minggu sebelum keberangkatan ke Tanah Suci hendaknya para Jamaah mulai membiasakan diri untuk tidak menggunakan AC untuk melatih tubuh agar menyesuaikan dengan suhu yang panas.
Selain itu, latihan dapat dilanjutkan dengan berjemur dan berkeliling di sekitar rumah di siang hari selama sekitar 10-15 menit. Untuk tahap awal, bisa menggunakan payung terlebih dahulu bagi yang belum terlalu kuat. Untuk yang berusia lanjut sebaiknya minta pendampingan orang lain dan jangan memaksakan diri. Jika tidak kuat maka beristirahat dan banyak mengonsumsi air putih.
Setelah Tiba di Tanah Suci
1. Menjaga asupan makanan dan minuman yang cukup. Minum minimal 2 Liter/hari. Karena sebagian Jamaah terkadang terlalu fokus beribadah sehingga melupakan asupan makan dan minum. Tubuh memerlukan energi dari makanan dan cairan yang cukup untuk mekanisme pertahanan diri melawan cuaca ekstrem.
2. Sedapat mungkin hindari paparan sinar matahari ke tubuh secara langsung. Misalnya dengan menggunakan payung atau penutup kepala, serta berusaha untuk Tawaf di area dalam Masjidil Haram yang terlindung dari sinar matahari langsung. Hal ini dapat dilakukan jika benar-benar tidak kuat panas saat Tawaf di areal terbuka di sekitar Ka’bah.
3. Pada saat melaksanakan Ibadah Wukuf di Arafah pun sebaiknya tetap tinggal dalam tenda. Jangan berdiam diri di tanah lapang luar tenda tanpa ada keperluan yang mendesak. Begitu pula pada saat perjalanan untuk melempar Jumrah, sebaiknya menggunakan payung untuk terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
4. Pilihlah waktu beribadah dimana suhu yang dirasakan tidak terlalu panas. Misalnya lakukanlah Tawaf dan melempar Jumrah pada pagi atau sore hari di saat suhu udara yang dirasakan lebih dingin daripada siang hari.
5. Sediakan selalu bekal air minum saat sedang beribadah. Sebagian Jamaah Haji kurang memperhatikan asupan air minumnya. Bisa jadi karena malas untuk ke kamar kecil dan malas untuk berwudhu kembali. Perlu diperhatikan bahwa kondisi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) adalah kondisi yang sangat berbahaya terutama di saat cuaca panas yang ekstrem.
6. Sediakan sprayer / botol penyemprot air. Jika suhu yang dirasakan sudah sedemikian menyengat, maka kita bisa menyemprotkan air ke bagian tubuh kita terutama bagian kepala, leher, dan bahu untuk menurunkan suhu tubuh kita. Penyemprotan dapat dilakukan sesering mungkin terutama saat bagian tubuh yang basah sudah mengering kembali.
7. Melalukan perlindungan kulit dari kekeringan dan iritasi yang diakibatkan oleh paparan sinar matahari dengan krim pelembab dan perlindungan dari sinar UV.
Apa Saja Gejala Saat Tubuh Mengalami Dehidrasi?
1. Tanda yang paling mudah dikenali adalah dengan memperhatikan kelembaban bibir. Bila kering maka tandanya tubuh sudah mulai kekurangan cairan.
2. Sedikitnya keringat yang keluar saat cuaca panas. Hati-hati, ini salah satu gejala kekurangan cairan.
3. Frekuensi buang air kecil. Normalnya, untuk ukuran tubuh dan berat badan masyarakat Indonesia, frekuensi buang air kecil minimal setiap 8 jam sekali, dengan volume urin sekitar 400-600 ml dengan warna kuning cerah. Jika salah satu dari indikator tersebut tidak terpenuhi, misalnya : lebih dari 8 jam kita tidak buang air kecil, atau sedikitnya volume urin saat buang air kecil, bahkan warnanya kuning pekat atau kuning tua, maka itu tandanya kita mengalami dehidrasi.
Jika dibiarkan berlanjut, maka dehidrasi bisa menyebabkan gangguan tekanan darah, gangguan irama jantung, menyebabkan kehilangan kesadaran atau pingsan, bahkan bisa beresiko kematian.
Penanganan Gejala Dehidrasi
1. Segera cari tempat berteduh untuk beristirahat dan menghindari paparan sinar matahari.
2. Minum air sebanyak yang mampu kita minum, kemudian jika bisa pergilah ke area berwudhu atau kamar mandi basahi kepala dan area tubuh kita yang lain.
3. Jika terasa mulai ada gangguan kesadaran seperti penglihatan kabur, berkunang-kunang, atau jantung berdebar, segera minta pertolongan tenaga kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Semoga perjalanan dan pelaksanaan Ibadah Haji di tahun ini dapat berjalan dengan lancar dan khidmat.
Tinggalkan Balasan