Fenomena MotoGP dan Minyak Goreng
Perhelatan MotoGP Mandalika 2022 di Pertamina Mandalika International Street Circuit telah usai. Berbagai keriuhan, kemeriahan, keseruan bahkan keunikan mewarnai ajang balapan skala dunia tersebut. Ada banyak cerita yang dialami oleh penonton, ada banyak berita viral virtual disiarkan pewarta ke seantero raya, ada banyak liputan foto/video dikemas netizen, ada banyak perihal yang memacu adrenalin, menambah decak kagum perhelatan takjub itu.
Kendati, ada pula sedikit “derita” yang dialami secuil diantara penonton, lantaran masih harus antre cukup lama dari berangkat menuju sirkuit, kemudian pulangnya pun demikian. Perjalanan saat itu, terasa padat macet merayap. Hampir semua penonton berjibaku untuk lebih lekas datang, mendapatkan tempat terdahulu sesuai zona yang ada pada tiket. Apa lagi saking bejibunnya penonton, kendaraan di perjalanan harus tersendat sejenak demi sejenak untuk sampai pada gerbang sirkuit. Pada akhirnya, jalanan kembali normal dan lancar seperti sedia kala.
Secara umum, pelaksanaan MotoGP Mandalika 2022 bisa ditakar kata: salut takjub. Sirkuit yang baru saja selesai dibangun dalam waktu yang relatif singkat, kemudian “mengejutkan” sorotan dunia, bahwa ada event skala internasional yang berlangsung di Kawasan Kuta Mandalika Nusa Tenggara Barat. MotoGP Mandalika 2022, sebelumnya ajang World Superbike (WSBK) 2021World Superbike (WSBK) 2021. Ajang keduanya terselenggara dengan apik dan lancar. Dengan menyisakan event-event lanjutan yang kabarnya pula akan diselenggarakan di Pertamina Mandalika International Street Circuit.
Antusiasme penonton menyaksikan perhelatan dari berbagai penjuru, tampak dari padatnya moda transportasi daratan, laut dan udara. Ada pula para wisatawan yang sembari ingin berlibur dan melancong.
Dalam hal berbeda, pemandangan itu pun terasa rada mirip, meskipun tak sama secara substansi: fenomena antrean Minyak Goreng. Kita menyaksikan adanya antrean orang banyak, khususnya emak-emak yang debar-debar menunggu giliran, agar bisa membeli literan minyak dalam kemasan yang kian langka di pasaran. Berbagai sentra tempat penjualan didatangi, berjubel orang-orang pula mengerubuti. Toko, minimarket atau supermarket begitu buka langsung “diserbu”. Antusiasnya memperoleh Minyak Goreng, sungguh tak terelakkan. Emak-emak rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan kesempatan membeli Minyak Goreng, kemudian dibawa ke rumah masing-masing. Fenomena ini berlangsung nyaris telah tiga pekan lebih dari kawah candradimuka sosial kita.
Mengapa Minyak GorengMinyak Goreng tak dijual online saja, seperti halnya tiket MotoGP?” seloroh teman penulis. Tentu, bila dijual online maka ada aspek bubble effect lainnya yang turut berkembang. Startup marketing digital, wahana antarjemput barang dan jasa, setidaknya itu. Walaupun, dipastikan terkendala pada biaya operasional serta pengiriman yang mengalami kurva padat (kenaikan). Pada sisi lain, berapa banyak rumah tangga yang akan dikirimkan, yang lebih rinci lagi: apakah cukup stoknya dengan pesanan. Agaknya frasa akhir tersebut yang menjadi dilemanya. Stok terbatas, stok yang limit.
Adakah lagi, hal yang coba bisa dipertautkan dengan fenomena MotoGP dan Minyak Goreng? Penulis mencoba dengan fenomena yang relatif sama dahulu, kemudian premis-premis yang membedakannya. Pertautan ini, semata-mata melihat dari sisi epik emik realita. Pertautan fenomena MotoGP dengan fenomena Minyak Goreng adalah pertama, MotoGP dan Minyak Goreng sama-sama memacu adrenalin antrean, melatih kesabaran dan kegigihan, untuk sesuatu yang memang dibutuhkan. Pengantre yang sabar dan gigih, maka akan mendapatkan yang dibutuhkan. Sepelik apapun antrean itu, dilewatinya. Demi meraih tontonan langsung di sirkuit maupun untuk mendapatkan Minyak Goreng dambaan yang kian langka.
Kedua, fenomena keduanya sama-sama konsumen. Satunya konsumen karena hobi menonton balapan kemudian membeli tiket, lainnya konsumen karena langkanya Minyak Goreng, kemudian meraih kupon untuk antre membeli Minyak Goreng. Konsumen dalam perhal ini unik, biasanya konsumen yang dibutuhkan, tetapi tampaknya khusus pada perihal ini, para konsumen yang membutuhkan. Butuh tiket untuk menonton, dan butuh kupon untuk mengantre.
Ketiga, adanya kejadian yang tak biasa tetapi nyata. Munculnya Pawang Hujan Rara IW yang dalam sekejap menjadi sosok populer karena dinilai berkontribusi pada normalisasi cuaca (hujan). Dalam bahasa penyampaiannya tampak dimedia, hujan yang semula deras menjadi “gerimis manja”.
Berbagai spekulasi kemudian bertebaran (kontroversial), apalagi dari liputan media dikabarkan dirinya disinyalir mendapatkan ratusan juta. Reward dari aktivitas ritualnya menormalisasi cuaca. Kendati, bagi sebagian kalangan lainnya, menyatakan bahwa Rara IW hanya memanfaatkan “teori peluang” yang bertepatan dengan stimulan alam peristiwanya.
Apapun itu, peristiwa telah terjadi Pawang Rara IW kini pesohor. Sedangkan pada fenomena Minyak Goreng, pesohor Iwan Fals sampai-sampai menyempatkan diri mencipta lagu dalam waktu singkat, sekaligus melantunkan tembang bertajuk “Minyak Goreng”. Sebegitu pentingnya Minyak Goreng bagi pesohor kaliber Iwan Fals, mau mencipta lagu bersama Raja Pane dan melantunkannya di media sosial. Kejadian ini tak biasa tetapi nyata. Artinya fenomena ini berkategori penting. MotoGP penting bagi penonton, stakeholders dan segenap official. Minyak Goreng juga penting, berharga murah dan tidak langka untuk penikmat kuliner. Uniknya lagi: penonton dan penikmat kuliner nyaris adalah kita.
Keempat, adanya elegi pada kedua fenomena itu. Elegi MotoGP, dengan kejadian crash dari sang juara Marc Marquez pada ajang balapan tersebut, hingga mesti merelakan kepada Miguel Oliveira yang menjadi jawaranya. Tentu saja banyak sekali fans dan netizen yang bersedih dan terus mencari tahu perkembangan kesehatan terkini dan kepulihan dari idolanya Marc Marquez. Sedangkan Elegi Minyak Goreng, kita bisa lihat dari layar kaca televisi maupun secara langsung, bila ada antrean Minyak Goreng. Wajah-wajah sayu dan letih, tetapi tetap menunggu antrean Minyak Goreng yang dibutuhkannya.
Kita ketahui bahwa Minyak Goreng merupakan bahan penunjang inti di dapur dalam meracik penganan maupun kuliner lauk pauk yang digoreng. Elegi-elegi ini semoga tak terjadi lagi, lantaran kita semua memang membutuhkannya. Mungkin, ketika sehatnya Marc Marques untuk melaju lagi, serta wajah berseri-serinya emak-emak karena Minyak Goreng telah murah dan tidak langka, membuat kita, mesti turut senang karenanya. Kini pun Minyak Goreng, terdengar sudah tidak langka lagi. Happy fun MotoGP, happy fun Minyak Goreng. Merdeka.
——-
* Penulis adalah Kepala Bagian Persidangan dan Perundang-undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Utara
Tinggalkan Balasan