Pemkab Loteng Gandeng Lembaga Donor Swedia Bangun Sekolah Lapang Iklim
LOMBOKita – Pemkab Lombok Tengah meluncurkan sekolah lapang iklim di Halaman Kantor Desa Segala Anyar Kecamatan Pujut. Peluncuran sekolah lapang iklim diikuti puluhan petani asal Desa Segala Anyar dan Desa Sukadana diselenggarakan oleh badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) NTB bekerjasama dengan Konsorsium Untuk Studi dan Pengambangan Partisipasi atau Konsepsi NTB.
Kegiatan ini menggandeng lembaga donor asal Swedia yaitu Islamic Relief Swedia dan forum CIV.
Tujuannya untuk melatih keterampilan petani tadah hujan di Kecamatan Pujuk agar bisa beradaptasi dengan perubahan iklim atau dampak El Nino.
Wakil Bupati Lombok Tengah M Nursiah mengucapkan terima kasih kepada BMKG atas peluncuran sekolah lapang iklim di Lombok Tengah.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan yang luar biasa kepada Lombok Tengah untuk meningkatkan kapasitas petani dalam peningkatan hasil pertanian.
“Adanya sekolah lapang iklim oleh BMKG di Lombok Tengah merupakan langkah yang sangat tepat, mengingat Lombok Tengah merupakan salah satu kawasan lumbung tani di NTB,” tuturnya.
Fenomena perubahan iklim memang tidak bisa dikendalikan. Namun kecakapan dalam membaca fenomena ini sangat penting karena menjadi landasan untuk melakukan aktivitas pertanian.
Dengan demikian, segala perencanaan untuk kegiatan pertanian dapat berjalan efektif, akurat dan tepat waktu, sehingga energi yang disalurkan untuk kegiatan ini sejalan dengan hasil yang diperoleh.
Oleh karena itu, Nursiah meminta petani Lombok Tengah tidak hanya cerdas dalam memahami teknik bercocok tanam, tapi cakap pula dalam melihat fenomena alam.
Nursiah beeharap, sekolah lapang iklim akan mampu meningkatkan wawasan petani dalam membaca fenomena alam terkait pertanian.
“Sehingga bisa meminimalisir potensi kerugian. selama ini, para petani Lombok Tengah tidak jarang mengalami gagal panen karena gangguan iklim, sampai-sampai seluruh bibit yang ditanam mati dan harus diganti dengan yang baru,” terang M Nursiah.
“Akibatnya, petani bukan hanya rugi tenaga, tapi juga rugi waktu dan finansial. dari kondisi ini dapat kita pahami bahwa, dunia pertanian berhubungan erat dengan cuaca. karena itu mutlak bagi petani untuk mengetahui fenomena cuaca ini,” sambungnya.
Menurutnya,perlu upaya meningkatkan wawasan petani dalam membaca fenomena alam yang terkait dengan pertanian.
Sementara itu, Direktur Konsepsi NTB Doktor Taqi mengatakan, untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, maka dibutuhkan pengetahuan ilmiah sebagai landasan untuk mengarahkan pengembangan potensi dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan proyek.
Dalam menjalankan komitmen tersebut, maka dalam pelaksanaan proyek ini telah didesain Sekolah Lapang Iklim bagi Komunitas Petani Tadah Hujan di lokasi sasaran proyek.
“Sekolah Lapang Iklim di tingkat Komunitas Petani Tadah Hujan ini merupakan salah satu upaya untuk membangun ketahanan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim,” jelas Doktor Taqi.
Akademisi Unram ini mengungkapkan, dengan dilaksanakannya Sekolah Lapangan Iklim bagi Komunitas Petani Tadah Hujan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani dalam mengidentifikasi indikator anomali dan perubahan iklim, (mengembangkan sikap kritis dalam mengambil keputusan dalam pengelolaan sumberdaya.
Tujuannya mengurangi dampak buruk iklim dan mengembangkan prinsip ilmu pengetahuan dalam pengelolaan sumberdaya lokal serta membangun kembali kearifan lokal dan nilai kemandirian masyarakat.
“Tujuan peyelenggaraan Sekolah lapangan (SLI) untuk Komunitas Petani Tadah Hujan adalah membangun kemampuan masyarakat pada umumnya dan Komunitas Petani Tadah Hujan khususnya dalam melakukan antisipasi dan mitigasi perubahan iklim, sertra melakukan adaptasi terhadap dampak yang ditimbulkan,” paparnya.
Tinggalkan Balasan