Tokoh Prabu Dukung Pemberian Nama Bandara dengan Pahlawan Nasional
LOMBOKita – Salah seorang tokoh masyarakat di Desa Prabu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Jayadi mengaku sangat setuju dan mendukung pemberian nama bandara internasional Lombok menjadi Bandar Udara Zainuddin Abdul Madjid (ZAM).
Hal itu, menurut Lalu Jayadi, karena Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau yang kerap disebut Maulana Syeikh merupakan tokoh di pulau Lombok yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu.
“Wajar kalau kita abadikan nama pahlawan nasional itu dengan memberikan nama Bandara Internasional Lombok menjadi Bandara Udara Zainuddin Abdul Madjid karena beliau satu-satunya pahlawan nasional di pulau Lombok,” ujar Lalu Jayadi dikonfirmasi LOMBOKita, Sabtu (15/9/2018.
Baca: Nama Bandara Lombok Diganti Menjadi Zainuddin Abdul Madjid
Menurut Lalu Jayadi, pemberian nama bandar udara Zainuddin Abdul Madjid tidak perlu diperdebatkan apalagi sampai ditolak. Sebab, katanya, ada pihak yang lebih berhak melakukan pemberian nama bandara melalui mekanisme dan proses yang sesuai dengan aturan serta memenuhi segala persyaratan untuk dilakukan pemberian nama bandara.
Munculnya pro-kontra pemberian nama bandara internasional Lombok yang terjadi selama ini, menurut Lalu Jayadi karena banyak faktor, misalnya alasan primodial, kepentingan dan waktunya sangat berdekatan dengan pelaksanaan pilkada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Karena alasan berada di lingkar bandara, akhirnya masyarakat merasa memiliki hak lebih untuk bersuara ketimbang masyarakat di kabupaten lain di NTB. Padahal, bandara internasional Lombok itu bukan hanya milik masyarakat Lombok Tengah tetapi seluruh masyarakat NTB baik di pulau Lombok maupun pulau Sumbawa,” jelas Lalu Jayadi.
Baca: Pemuda NW Setuju dan Bersyukur Nama Bandara Diganti ZAMIA
“Pak Bupati sendiri saat melakukan istighosah penolakan bandara mengakui hatinya belum sembuh dari luka kekalahan pada pilkada NTB. Sebab, beliau juga menjadi salah satu kompetitor dan kalah dalam perhelatan politik tersebut,” imbuh Lalu Jayadi.
Kalau pun alasan penolakan berdasarkan sejarah pendirian bandara, lanjut Lalu Jayadi, karena dulu juga sebagian masyarakat lingkar bandara melakukan penolakan, dan sebagian lagi mendukung adanya bandara dan berjuang bersama pemerintah untuk terus melakukan pembangunan.
Pemberian nama bandara internasional Lombok dengan menyematkan nama seorang pahlawan nasional Zainuddin Abdul Madjid, kata Lalu Jayadi, bukan berarti melupakan jasa pahlawan-pahlawan lain di daerah ini. Tetapi, dengan dimunculkannya nama pahlawan nasional akan lebih mewakili masyarakat Nusa Tenggara Barat karena Zainuddin Abdul Madjid telah diakui kepahlawannya secara nasional.
“Masih banyak obyek kok di Lombok Tengah ini untuk diberikan nama pahlawan di daerah. Jadi kenapa harus diributkan lagi,” pungkas Lalu Jayadi.
Istighosah Tolak Nama Bandara, Suhaili Dikatakan Gagal “Move On”
Karenanya, Lalu Jayadi berharap pemerintah tetap meneruskan pemberian nama pahlawan nasional untuk bandara internasional Lombok dengan catatan silakan pemerintah mengajak tokoh-tokoh yang kontra itu untuk duduk bersama dan musyawarah serta tabayyun sehingga semuanya menjadi jelas tanpa ada lagi perdebatan soal pemberian nama.
Komunikasi antara Gubernur bersama Bupati Lombok Tengah, kata Lalu Jayadi, sangat gampang dilakukan jika sama-sama memiliki kemauan, baik secara pemerintahan maupun jalur kekeluargaan.
“Pak Suhaili jangan lupa bahwa istrinya juga adalah seorang cucu Maulana Syeikh TGKHM Zainuddin Abdul Madjid, demikian pula dengan ayahnya pak Suhaili adalah murid dari Maulana Syeikh. Jadi apa susahnya membangun komunikasi sehingga masyarakat tidak perlu dibuat terkotak-kotak,” ujarnya lagi.
Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah, kata Lalu Jayadi, sekarang ini sudah mulai terkotak-kotak dengan proses pelaksanaan pemilihan kepala desa, jangan lagi ditambah dengan pro-kontra pemberian nama bandara.
Bagi Lalu Jayadi, bandara internasional Lombok belum memiliki nama sehingga wajar diberikan nama seorang pahlawan nasional asal daerah ini. Lalu Jayadi menyarankan, untuk mengakomodir pihak yang kontra, bisa dengan memberikan nama Bandara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid.
Tinggalkan Balasan