Tokoh Masyarakat Pertanyakan Para Pemangku Empat Penjuru Mata Angin

LOMBOKita – Perhitungan penanggalan Bau Nyale sejak beberapa tahun terakhir membuat masyarakat mempertanyakan keberadaan para pemangku empat penjuru mata angin yang melakukan “Sangkep Warige” atau rapat penentuan hari bau nyale di Lombok Tengah.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Rembitan Kecamatan Pujut, Lalu Kedim Marzuki Yahya, S. Pd.I. mengungkapkan, seringnya meleset penanggalan Bau Nyale membuat masyarakat bertanya-tanya tentang pemangku empat penjuru mata angin.
“Kita patut pertanyakan kemampuan para pemangku empat penjuru mata angin itu lantaran sudah empat tahun ini hasil hitungan mereka meleset,” kata Lalu Kedim Marzuki Yahya dihubungi dari Praya, Sabtu (15/02/2020).
Bahkan, kata dia, tahun depan tidak perlu lagi melakukaan Sangkep Warige yang melibatkan para pemangku penjuru mata angin itu, namun ditentukan oleh para sepuh yang ada di wilayah selatan yang dari dulu kerap melakukan penghitungan.
“Dalam cerita nenek moyang kami di Rembitan, tidak sembarangan mau menamakan dirinya pemangku karena pemangku itu maknanya sangat sakral, bukan sembarangan mau jadi pemangku,” ucap Lalu Kedim Marzuki Yahya.
Lalu Kedim merasa khawatir, jika penanggalan Bau Nyale terus meleset setiap tahun akan berdampak pada kunjungan wisatawan di daerah ini. Sebab, banyak diantara wisatawan datang ke Lombok Tengah hanya untuk menyaksikan festival Bau Nyale.
Karena itu, Lalu Kedim mengajak seluruh pemangku kepentingan di daerah ini, baik pemerintah maupun tokoh-tokoh adat dan budaya untuk bersama-sama mencari akar permasalahan itu demi menjaga keberlangsungan acara adat Bau Nyale.
Tinggalkan Balasan