Sosialisasi Pilar Kebangsaan, Syamsul Luthfi Ajak Perkokoh Nasionalisme
LOMBOKita – Anggota DPR RI HM Syamsul Luthfi mengajak generasi muda menjadi bagian penting dari perjuangan mengisi kemerdekaan.
“Generasi muda atau kelompok millenial di daerah ini tidak boleh ikut-ikutan gerakan radikal,” ungkap HM. Syamsul Luthfi dalam kegiatan sosialisasi empat pilar Kebangsaan yang diselenggarakan di penghujung tahun 2019.
Maraknya gerakan radikal yang berupaya mengikis rasa nasionalisme anak bangsa, kata Syamsul Luthfi, menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Oleh sebab itu, melalui MPR RI mengadakan sosialisasi ke berbagai lapisan masyarakat termasuk pemuda, pelajar, mahasiswa dan masyarakat secara umum.
“Di NTB ini kita memiliki Pahlawan Nasional, jiwa nasionalisme dan patriotisme beliau tertanam dalam berbagai karya yang diwariskan. Artinya kita harus menjadi garda terdepan membela bangsa ini”, sambung wakil rakyat yang terpilih di Dapil NTB II (Pulau Lombok) tersebut.
Kegiatan tersebut diselenggarakan bekerjasama dengsn Organisasi Mahasiswa HIMMAH NW, yang bertempat di Pancor Lombok Timur.
Dalam sambutannya, Muh. Azhari Wathani, Ketua DPC HIMMAH NW Lotim menegaskan kepada kader dan peserta untuk terus meneguhkan semangat Kebangsaan.
“Kita harus terus saling ingatkan, ini tugas kita bersama”.
Menerjemahkan nilai-nilai yang dimuat dalam empat pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa adalah tugas bersama. Sebab hal tersebut merupakan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurutnya, kesadaran masyarakat terhadap negara hukum pada satu sisi terlihat membaik, namun pada sisi yang lain justru menjadikan kehidupan bersama menjadi kering akan nilai kebersamaan.
Indonesia sebagai negara hukum baru dimaknai secara formal dengan keterlibatan aparat hukum sebagai penjaga tertib sosial. Padahal jauh sebelum itu, Pancasila yang didalamnya ada musyawarah dan gotong royong yang merupakan nilai sekaligus cara masyarakat menjaga tertib sosialnya.
Gotong royong yang disebut oleh Soekarno sebagai perasan Pancasila terasa makin menghadapi tantangan besar. Kebanggaan kebangsaan dengan semangat sosial (hidup bersama) tergerus dengan pengkultusan bahwa jika bukan dari golongan yang sama maka yang lain adalah rendah.
Demikian pula dengan kerjasama untuk kesejahteraan bersama juga makin terkikis oleh koncoisme, korupsi, dan nepotisme. Bahkan ketuhanan yang berkebudayaan kini seolah menjadi musuh oleh pemahaman-pemahaman yang kian eksklusif hidup ditengah masyarakat.
Menghadapi situasi berkebangsaan yang demikian ini, kata Azhari, membutuhkan solusi-solusi yang tidak hanya sekedar formalitas program. Empat pilar kebangsaan tidak dapat lagi dipandang dan diaplikasikan dalam ruang-ruang formal terbatas. Empat pilar ini harus diterjemahkan kedalam praktek-praktek kehidupan keseharian masyarakat. Dia harus terus diterjemahkan secara berkelanjutan di dalam pergaulan masyarakat.
“Disinilah muncul pentingnya role model pelaksanaan empat pilar kebangsaan yang salah satunya lewat peran para anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.” kata Azhari.
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat Indonesia, memiliki tanggung jawab untuk mengukuhkan nilai-nilai fundamental dan hakiki kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan mandat konstitusional yang diembannya. Dalam hal ini, MPR melaksanakan tugas-tugas konstitusionalnya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.
Segenap elemen bangsa Indonesia tidak boleh melepaskan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat Bangsa Indonesia.
Semuanya harus tetap kokoh dan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus ada cara-cara cerdik untuk menyampaikan keempatnya. Harus ada contoh-contoh hidup yang dapat menjadi panduan bagi masyarakat.
“Itu semua agar nilai-nilai luhur yang menjadi sendi bangsa ini tidak mudah dipatahkan oleh makin terbuka luasnya pergaulan antar bangsa,” katanya.
Tinggalkan Balasan