SeaBRnet Bertarap Internasional di Gelar di Sembalun
LOTIM Lombokita – Desa Sembalun yang merupakan wilayah yang berada di Kaki Gunung Rinjani Kabupaten Lombok Timur, akhirnya ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan Fieldtrip the 13th Southeast Asia Biosphere Reserve Network (SeaBRnet).
Pertemuan bertarap international yang mengambil tema “Jasa Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pengelolaan Biosfer Berkelanjutan” ddi Sembalun pada, (17/11).
Hadir pada acara tersebut, Perwakilan Unesco Indonesia, Hans Thulstrup, Komite Nasional Man And The Biosphere, Prof. Purwanto, Perwakilan BRIN , Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Madani Mukarom, Delegasi Cagar Bisofer di Indonesia, Perwakilan GIZ-Forclime, perwakilan UNAS, perwakilan ITTO, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Kepala Balai Lingkup Ditjen KSDAE Kementerian LHK Dedy Asriadi, serta Sekda Lotim H.M.Juani Taopik.
Bupati Lombok Timur melalui Sekda Lotim H.M.Juani Taopik dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada para peserta Field Trip SeaBRnet meeting ke-13 di Sembalun dan menikmati landscape, dan keramahan masyarakat serta tradisi budaya masyarakat Lombok Timur.
Lanjut Sekda, sebagai bagian dari Cagar Biosfer Rinjani Lombok memiliki luas ±1600 Km² yang didalamnya terdiri dari zona inti, zona transisi, dan zona penyangga Cagar Biosfer Rinjani Lombok pada tahun 2018 lalu telah berstatus internasional.
Dengan status tersebut, merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Pemda Lotim dan masyarakat di Bumi Patuh Karya karena menjadi bagian dari masyarakat dunia dalam mensukseskan tercapainya pembangunan berkelanjutan 2030 mendatang.
Dalam pencapaian program tersebut tidak terlepas dari koordinasi dan kolaborasi dengan semua stakeholders terkait. Terutama dalam pemanfaatan jasa lingkungan, pemberdayaan masyarakat dengan tetap mempertahankan nilai budaya dan tradisi masyarakat Lombok Timur.
Salah satu contoh sederhana dalam pemanfaatan lingkungan dipaparkan Taopik, yakni pemanfaatan mata air dari kawasan Gunung Rinjani untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat di lingkar Rinjani.
Selain itu, pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat untuk mewujudkan multiplier effect di destinasi wisata melalui aktifitas pendakian, usaha jasa transportasi, cinderamata, rumah makan, penginapan, dan jasa pemandu wisata dan manfaat lainnya.
Sehingga, diharapkan sinergitas yang optimal antara Pemda Lombok Timur dan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dalam rangka pemulihan ekosistem untuk mengembalikan fungsi hutan sebagaimana mestinya yakni menjadi sumber air dan tempat hidup flora dan fauna. Seperti dikawasan Hutan Pesugulan Taman Nasional Gunung Rinjani.
Menurut Taopik, sinergitas dan kolaborasi Pemda dan instansi terkait dan semua elemen masyarakat adalah bentuk implementasi nilai budaya Sasak “Meriri Tuah Rinjani Bestari” yang bermakna sebuah upaya untuk saling melindungi.
“Rinjani sebagai pusat budaya dan aktivitas spiritual dan sebagai penyangga kehidupan alam, sudah sepantasnya, untuk dijaga kelestariannya.
Sehingga, memberikan manfaat bagi kehidupan dan harapan untuk generasi berkelanjutan di Bumi Selaparang,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan