Program Desa Wisata dan Ancaman Kepunahannya

Ketua Dewan Pembina LSM Kasta NTB, Lalu Wink Haries

LOMBOKita – Ketika beberapa kelombok masyarakat menginisiasi kemunculan program Desa Wisata yang diklaim sebagai jalan keluar atas kemandegan dunia pariwisata di pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya.

Sayang, pengembangan desa wisata itu tidak disertai dengan konsep yang tidak jelas, bahkan terkesan memanfaatkan momentum isu dan momentum kebangkitan pariwisata Lombok paska bencana gempa untuk kepentingan fragmatis saja.

Terhadap fenomena kemunculan program baru bernama desa wisata ini, LSM Kasta NTB justru melihat apa yang terjadi saat ini adalah cerminan bukti dari kegagalan pemerintah membangun sektor pariwisata yang selama ini diklaim sebagai salah satu sektor andalan.

Disorientasi arah dan bagaimana memulai kembali membangun pariwisata paska gempa dibuktikan dengan tidak adanya program resmi dan menyentuh substansi selain hanya acara acara seremonial dengan mengundang para pejabat untuk pemukulan gong tanda diresmikannya sebuah desa menjadi desa wisata.

Isu desa wisata adalah bukti kalau pemerintah selama ini tidak pernah bisa membangun dunia pariwisata dalam format yang jelas selain melempar isu dan wacana tanpa konsep yang jelas, wisata halal adalah contohnya. Wisata halal yang bahkan definisi kebahasaannya saja sudah membingungkan publik adalah isu yang jelas sekali merupakan upaya pembodohan publik.

Membangun desa wisata yang dicetuskan selama ini justru mengaburkan eksistensi desa wisata yang telah lama ada namun hingga kini keberadaannya antara ada dan tiada, antara masih diakui atau tidak. Singkatnya, desa wisata yang telah lama ada bisa dikatakan “mati suri”.

Desa Beleka Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah adalah potret desa wisata yang terbangun secara alamiah dengan potensi yang juga alami.

Desa Beleka adalah bukti kegagalan pemerintah menjaga eksistensi desa wisata. Ketidakmampuan pemerintah menjaga aspek aspek mendasar bagi keberlangsungan hidup desa wisata melalui pembangunan yang berkesinambungan menyebabkan desa wisata yang ada kini hidup segan mati tak mau.

Salah satu penyebab matinya Desa Beleka sebagai salah satu desa wisata di Lombok Tengah dengan produk unggulan kerajinan tradisonal rakyat adalah bukti ketidakmampuan pemerintah daerah memberi pembinaan dan fasilitas penunjang lainnya. Produk mereka pun terpaksa dibawa ke luar daerah utk dipasarkan. Imbasnya adalah desa tidak lagi menjadi destinasi tapi produsen yang dinikmati oleh segelintir pemilik modal saja.

Pelan tapi pasti kemudian desa wisata yang terbangun selama dua dekade pun mati. Dan kini isu bangkitnya desa wisata adalah wujud nyata dari pembangunan pariwisata yang tanpa arah.

Semangat membangun sesuatu yang tidak nyata demi kepentingan fragmatis dan mengaburkan bahkan melupakan eksistensi desa wisata yang telah lama ada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini