Pembangunan STp, Upaya Majukan Penguasaan Teknologi di NTB
LOMBOKita – Pembangunan Science and Technopark (STp) yang diinisiasi bakal calon Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah di Sumbawa ternyata memiliki tujuan untuk mendekatkan kecanggihan teknologi pada para mahasiswa.
Salah satunya mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang berada jauh dari pusat kemajuan teknologi.
Menjadi pembicara dalam dialog yang digelar salah satu stasiun televisi nasional, Bang Zul, sapaan akrabnya menyatakan keberadaan STp di Indonesia Timur penting. Sebab, umumnya kecanggihan teknologi hanya dirasakan oleh pelajar yang ada di kota-kota besar.
“Yang paling penting misalnya ada science technopark di Indonesia Timur. Fasilitas yang tadinya hanya bisa dirasakan oleh universitas negeri, dengan STP yang punya teknologi yang canggih, bagus saya kira. Bisa juga dirasakan oleh anak negeri yang lain, yang tidak punya akses ke fasilitas yang mewah di Ibukota,” ungkapnya.
Hadir bersama Menristek Dikti, Muhammad Nasir, Bang Zul mengucapkan terima kasih atas dukungan Kemenristek Dikti mendukung pembangunan STP tersebut. Mengingat tujuan Nasir adalah ingin mengusung pembangunan yang tak lepas dari teknologi dan inovasi.
Berbicara tentang teknologi, tentu tak lepas dari keberadaan riset atau penelitian. Sayangnya data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia hanya 90 peneliti per 1 juta penduduk. Jumlah yang begitu memprihatinkan dibanding negara-negara Asia lainnya.
Negara sekelas India saja memiliki rasio 140 peneliti per 1 juta penduduk, Jepang dengan rasio 5.000 peneliti per 1 juta penduduk, Korea Selatan memiliki rasio 5.900 peneliti per 1 juta penduduk dan banyak contoh lainnya. Jumlah lembaga riset di Indonesia juga masih bisa dihitung dengan jari, sementara institusi riset di Amerika Serikat sudah mencapai 394 lembaga, di Jerman lebih dari 180 lembaga, dan Jepang jumlahnya di atas 70.
Kendati demikian, Bang Zul mengingatkan pola pikir masyarakat tentang riset itu sendiri harus diubah. Riset tidak melulu harus menghasilkan jurnal ilmiah, melainkan bisa diterapkan langsung pada sektor industri.
“The next challenge adalah bagaimana teknologi itu di sektor industri dan saya optimis dengan banyaknya science technopark di Indonesia. Saya juga salut pada keberanian Pak Menteri membangun STP di Indonesia Timur,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan