Musim Hujan, Sebagian Wilayah NTB Terancam Kekeringan
LOMBOKita – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merilis peralihan musim dari kemarau ke hujan sudah terjadi di Nusa Tenggara Barat sejak dasarian III Oktober 2017.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Lombok Barat Luhur Tri Uji Prayitno, di Mataram, Jumat, menyebutkan berdasarkan data curah hujan dan kondisi dinamika atmosfer hingga dasarian III Oktober 2017 terpantau curah hujan dengan kategori menengah hingga tinggi di Pulau Lombok, khususnya bagian barat.
Sementara itu, curah hujan di Pulau Sumbawa, terpantau masih rendah, kecuali di Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa bagian barat, dan Kabupaten Dompu.
Ia juga menyebutkan kondisi suhu muka laut di perairan NTB, menunjukan kondisi cukup hangat, ENSO berindikasi pada kondisi la nina lemah dan angin permukaan di wilayah NTB menunjukkan angin timuran masih cukup dominan, namun demikian angin timuran di lapisan atas mulai melemah.
“Kondisi tersebut memicu terjadinya peluang hujan dengan kategori rendah di sebagian wilayah NTB, walaupun pergerakan “Madden Jullian Oscillation” (MJO), saat ini tidak aktif di Pasifik bagian barat,” katanya.
Dari hasil pengamatan citra satelit, kata Luhur, peluang curah hujan pada dasarian I November 2017, akan terjadi dengan curah hujan lebih dari 20 milimeter (mm) dengan peluang sebesar 50 – 80 persen di sebagian besar wilayah NTB, kecuali Kabupaten Bima bagian timur.
Dengan mulai adanya curah hujan di beberapa wilayah di NTB, dapat dikatakan sudah mulai adanya masa peralihan antara musim kemarau menuju musim hujan. Hal ini ditandai dengan hujan lebat yang berlangsung dalam skala lokal.
“Namun perlu diperhatikan hujan lebat yang terjadi secara tiba-tiba yang disertai petir/guntur yang dapat berdampak genangan air di sebagian Lombok, dan Sumbawa bagian barat,” ujarnya.
Meskipun sebagian besar wilayah NTB sudah memasuki musim hujan, kata dia, potensi kekeringan juga masih ada, terutama di daerah yang yang tidak hujan lebih dari 30 hari berturut-turut.
Daerah yang berpotensi kekeringan, yakni Kecamatan Sape, Kabupaten Bima karena diperkirakan tidak turun hujan selama 197 hari. Selain itu, Labuhan Pandan, Kabupaten Lombok Timur selama 177 hari, Sambelia, Lombok Timur 115 hari, dan Wawo, Kabupaten Bima selama 126 hari.
“Masyarakat dan pemerintah daerah yang berpotensi kekeringan harus waspada,” katanya.
Tinggalkan Balasan