Logis dan Rasional pada Pileg dan Pilpres

Foto ilustrasi

LOMBOKita – Perhelatan Pilpres dan Pileg seolah sudah berada di depan mata, padahal pesta demokrasi ini masih akan diselenggarakan pada April 2019, hal ini bisa kita lihat dari serunya para timses meramaikan media sosial. keseruan ini tidak bisa dibendung, serangan demi serangan dilancarkan pada setiap yang berbeda haluan politik, tidak jarang hujatan dan cacian seolah menjadi hal yang sangat lumrah menjelang pesta Demokrasi ini berlangsung.

Setiap postingan dan hujatan, seolah menjadi hal yang sangat rasional, mereka selalu siap dan kokoh mempertahankan argumentasi tentang kualitas dan kehebatan calon yang didukung, meskipun terkadang banyak dari suporter pilpres dan pileg, tidak tau lebih dalam, apa yang dia pertahankan itu hanya gorengan dan permainan issue yang sedang digerakkan oleh calon yang mereka usung.

Hal inilah yang membuat beberapa tokoh bangsa dan agama memilih diam dan tidak larut pada perdebatan, melainkan mereka berusaha dan berpikir solusi dari kegaduhan medsos hari ini, tidak jarang tokoh bangsa yang pada dasarnya berniatan mendamaikan, tapi justru dijadikan sasaran baru objek serangan para pengguna media sosial, meskipun setiap ungkapan dan kata-kata dari tokoh tersebut sangat rasional dan masuk akal.

Dari sinilah penulis mulai berpikir ulang akan makna dan arti logis bagi para pendukung/suporter pilpres dan pileg, selama ini ketika kita belajar ilmu logika, logis adalah sesuatu yang masuk akal, baik secara rasional dan Supra rasional.

Jika kita melihat setiap postingan tentang pilpres dan pileg, semua suporter pasti mengklaim alasan mendukung dan tidak mendukung berdasarkan pertimbangan logis dan rasional, tidak jarang ada klaim penghianat agama, munafik, murtad dan penjilat, tertuju pada orang yang mendukung lawan politik.

Pun tak bisa dipungkiri, seolah lawan politik adalah sekelompok orang idiot dan tidak rasional, tentunya hal ini menunjukkan bahwa, seolah pilihan politik kita adalah sikap paling rasional, paling logis, paling beriman dan paling sesuai dengan ajaran agama. Sikap seperti ini seolah tak terbantahkan, tak ada niatan sedikitpun dari kita untuk memperjelas maupun tabayun pada setiap tuduhan yang kita lemparkan, dan sedikitpun kita tidak berpikir, apakah lawan politik kita menentukan pilihan didasari oleh pertimbangan matang, rasional dan sangat logis.

Dari semua kondisi di atas, bisa kita fahami, kata logis dan rasional, sudah mengalami pergeseran makna, dan dari sini juga kita memahami bahwa, logis dan rasional memiliki makna beragam dan multitafsir. Misalkan:

1. Menentukan pilihan berdasarkan pilihan guru dan tokoh agama, dianggap sebagai sebuah sikap yang sangat logis dan rasional, dikarenakan mengikuti pilihan guru dan tokoh agama adalah sebuah kepatutan dan kepatuhan seorang yang ingin tetap mendapat keberkahan hidup.

2. Memilih berdasarkan pilihan partai politik dianggap sangat logis dan rasional, dikarenakan kebesaran dan keberlanjutan eksistensi partai adalah tanggung jawab kader dan fungsionarisnya.

3. Memilih berdasarkan pilihan organisasi yang dia ikuti dianggap sebagai sebuah hal yang sangat rasional dan logis, dikarenakan kekompakan dan keutuhan organisasi adalah sebuah tanggung jawab moral.

4. Memilih berdasarkan, suku, agama, ikatan keluarga, kelangsungan pekerjaan, keberlangsungan organisasi yang dia pimpin, partai yang dia pimpin, dan visi pembangunan daerah dianggap sebagai sebuah landasan logis dan rasional.

5. Memilih berdasarkan peluang kerja, keutuhan bangsa dan NKRI dianggap sebuah hal yang sangat logis dan rasional, dikarenakan analisa subversif dari rasionalisasi kelompok masyarakat lainnya.

6. Memilih pemimpin/wakil rakyat karena jiwa kepemimpinan, ketegasan dan harapan kemajuan bangsa merupakan landasan yang sangat rasional dan logis dalam menentukan pilihan.

Dari sekian landasan dan alasan logis menentukan pilihan ini, maka secara tidak langsung makna rasional dan logis sudah mengalami perkembangan yang sangat luas, sehingga tidak ada sedikitpun ruang interpensi apalagi persekusi bagi kelompok manapun terhadap individu maupun kelompok lainnya agar mereka mengikuti pilihan kita pada pileg dan pilpres mendatang.

Seharusnya yang ada adalah ruang dialog dan berbagi informasi tentang kebaikan dan program yang akan dilaksanakan oleh masing-masing kandidat pileg dan pilpres, bukan justru menebar fitnah dan hoax tentang kejelekan yang belum pasti sumber dan kebenarannya, menebarkan kebaikan orang adalah bagian dari pola hidup ketimuran kita, menutup kejelekan dan selalu berhusnudzon adalah bagian terindah dari ajaran Tuhan melalui Baginda nabi kita tercinta. Sedangkan menjaga keutuhan bangsa dan persaudaraan akan bisa terlaksana dan sukses, tentunya dengan keterlibatan semua elemen masyarakat. Dan tentunya kita semua tetap dan masih berharap selalu menjadi bagian terkecil dari Masyarakat yang baik.

*Penulis :
AHMAD PATONI
Kepala Madrasah Diniyah Salaf Modern Thohir Yasin Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik, Lombok Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini