Kripto Jadi Alternatif Pilihan Investasi di Tengah Lesunya Pasar Saham
Jakarta, 20 Maret 2025 – Pasar saham Indonesia, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengalami fluktuasi signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, sempat terjadi trading halt setelah IHSG anjlok lebih dari 5%ke level 6.076,08 pada 18 Maret 2025.
Meski demikian, IHSG mampu bangkit kembali ke zona hijau setelah adanya penguatan nilai tukar rupiah. Kondisi ini mendorong investor untuk mencari alternatif investasi, salah satunya adalah aset kripto.
Terkait kondisi ini, CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, memberikan pandangannya bahwa dinamika pasar saham dan aset safe haven seperti emas serta Bitcoin memiliki perbedaan signifikan.
“Bitcoin turun 5-10% dalam sehari adalah hal biasa, tetapi IHSG yang merupakan gabungan dari saham-saham perusahaan terbaik di Indonesia mengalami pergerakan 5% saja sudah berdampak besar,” ujar Iqbal.
Ia juga menambahkan bahwa IHSG merupakan salah satu indikator utama yang mencerminkan kondisi perekonomian nasional. Pergerakan IHSG tidak hanya mencerminkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia, tetapi juga menjadi barometer stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Hal yang serupa juga berlaku bagi pasar kripto, yang semakin berkembang sebagai alternatif investasi dan memiliki korelasi dengan dinamika ekonomi global serta adopsi teknologi keuangan di Indonesia.
“Kami berharap perekonomian Indonesia terus berkembang secara berkelanjutan, didukung oleh kebijakan yang kondusif, inovasi di sektor keuangan, serta meningkatnya literasi investasi di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Kripto sebagai Alternatif Diversifikasi Investasi
Di tengah ketidakpastian pasar saham, diversifikasi aset investasi menjadi langkah yang bijak untuk menjaga stabilitas keuangan. Salah satu pilihan yang dapat dipertimbangkan adalah pasar kripto.
Salah satu keunggulan kripto adalah keberadaan stablecoin, yakni aset digital yang nilainya mengikuti Dolar AS atau emas. Ini memberikan kenyamanan bagi investor pemula yang ingin berinvestasi di kripto tanpa mengalami volatilitas tinggi seperti yang terjadi pada aset kripto lainnya.
“Selain stablecoin, aset kripto dengan fundamental kuat seperti Bitcoin juga menjadi pilihan bagi investor yang ingin memulai dengan aset yang lebih stabil sebelum mengeksplorasi aset dengan volatilitas lebih tinggi. Tren ini terlihat dari semakin banyaknya investor baru yang masuk ke pasar kripto Indonesia, dimulai dengan aset-aset yang lebih aman sebelum memperluas portofolio mereka,” jelas Iqbal.
Pertumbuhan Pasar Kripto Indonesia
Meskipun pasar global menghadapi berbagai tantangan, industri kripto di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp1,21 triliun hingga Februari 2025.
Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan yang pesat dalam transaksi aset digital sejak 2022. Jika dirinci berdasarkan tahun, penerimaan ini berasal dari Rp246,45 miliar pada 2022, Rp220,83 miliar pada 2023, Rp620,4 miliar pada 2024, dan Rp126,39 miliar pada awal 2025.
Dari sisi transaksi, nilai perdagangan aset kripto juga mengalami lonjakan signifikan. Pada Januari 2025, nilai transaksi tercatat mencapai Rp44,07 triliun, meningkat 104,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp21,57 triliun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pertumbuhan ini sebagai indikasi stabilitas pasar serta kepercayaan investor yang tetap terjaga.
“Meskipun pasar saham mengalami tekanan, bukan berarti investor harus menghindari investasi sepenuhnya. Diversifikasi ke aset lain seperti kripto dapat menjadi strategi untuk mengurangi risiko dan menjaga stabilitas portofolio. Dengan pertumbuhan positif yang terus berlanjut, pasar kripto bisa menjadi alternatif investasi yang menarik bagi mereka yang ingin mencari peluang baru di tengah ketidakpastian ekonomi,” tutup Iqbal.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
Tinggalkan Balasan