Kemenkes RI Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan ILP di Dikes Lotim
LOTIM LOMBOKuta – Tim kementerian kesehatan RI melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksaan Integritas Layanan Prima (ILP) di Kabupaten Lombok Timur, dengan sampel Puskesmas Selong, serta Pustu Keluruhan Kelayu dan Kelurahan Kelayu Jorong.dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan tersebut, Tim Kemenkes RI memberikan apresiasi pelayanan primer bagus.
” Tim Kemenkes memberikan penilaian bagus terhadap pelayanan prima yang di lakukan di Puskesmas Selong yang dijadikan Sampel,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur DR H Pathurrahman, Selasa (17/6).
Diakui Pathurrahman, terkait pelayanan Prima tersebut,dari 35 Puskesmas di Lotim, semuanya telah melakukan integrasi terhadap layanan prima, ” Kalau sebelumnya layanan prima di Puskesmas menggunakan program, tetapi sekarang menggunakan pendekatan siklus hidup,” katanya. Seperti bayi kelompok bayi, remaja kelompok remaja ( klaster).
” Kedepan pelayanan prima itu akan dilakukan secara integrasi dan kolaborasi antar Kementerian di tingkat pusat, begitu juga di tingkat provinsi dan kabupaten, pelayanan prima harus terus digerakkan,” sebutnya,
Saat ini saja sebut Pathurrahman, Posyandu tak hanya melayani menangani masalah kesehatan masyarakat semata, tetapi makin meluas, yaitu mengurusi tentang pemberdayaan masyarakat, kemudian mengurus air bersih dan sanitasi yang tangani PUPR, termasuk penanganan ketertiban umum.” Dalam artian Posyandu ini dapat menjadi ujung tombak pemberdayaan masyarakat intinya,” sebut Kadikes.
Pathurrahman juga menyebutkan,terkait pelayanan prima ini, sebelumnya telah dimlounching oleh Dirjen Kesehatan Kementerian Kesehatan, dan kabupaten Lombok Timur menjadi salah satu dari 10 kabupaten di Indonesia yang dipilih menjadi sampel kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan prima tersebut.
” Hasil monitoring dan evaluasi inipun di sampaikan di hadapan kepala dinas lain, seperti Dinas PMD, dan beberapa dinas lain yang terkait, tak hanya ke Dinas kesehatan semata,” jelasnya.
Disinggung terkait kesehatan sanitasi, menurut Kadikes, untuk sanitasi ada indikatornya yaitu open devision free, dalam artian tidak ada masyarakat yang buang air besar sembarangan, bukan berarti semua rumah tangga harus punya jamban (toilet), meski numpang di tetangga.” Kesadaran masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan terus ditingkatkan, karena dampak dari buang air besar sembarangan sangat besar, terutama terhadap penyakit,” sebutnya.
Akibat buang air besar sembarang ini, dapat menimbulkan kejadian luar biasa, seperti munculnya kasus diare ,” kotoran manusia itu, kalau dibuang sembarangan dapat memunculkan penyakit, akibat bakteri dari kotoran tersebut menyebar,” katanya, sehingga masyarakat selalu dimbau membuang kotoran itu di toilet.
