DPRD Loteng Terima Aspirasi Pedagang Pasar Renteng
LOMBOKita – DPRD Kabupaten Lombok Tengah menerima aspirasi dari sejumlah pedagang pasar Renteng Kecamatan Praya soal tembok batas pasar Renteng, Rabu (3/3/2021).
Kehadiran belasan pedagang pasar Renteng dalam acara hearing (dengar pendapat) itu diterima oleh Wakil Ketua DPRD Lombok Tengah HM. Mayuki.
HM Mayuki di hadapan para pedagang pasar Renteng mengungkapkan, acara dengar pendapat tersebut sebagai salah satu upaya untuk mendengar secara langsung keluhan para pedagang maupun masyarakat yang ada di sekitar pasar Renteng.
“Kami apresiasi kehadiran para pedagang yang secara langsung dating ke kantor dewan untuk melakukan hearing dan menyampaikan aspirasi. Nanti hasil pertemuan ini juga akan disampaikan ke sidang dewan untuk ditindaklanjuti,”’ kata Mayuki.
Politisi PPP Loteng itu juga menyebutkan, akan mencatat dan menyampaikan keinginan masyarakat agar pasar Renteng tidak dilakukan penembokan batas luar yang dianggap dapat mengganggu lalu-lalang para penjual maupun masyarakat yang hendak datang berbelanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Salah seorang warga yang hadir dalam hearing itu Aisyah menyampaikan, bahwa kehadirannya bersama puluhan pedagang lainnya terutama yang berjualan di luar pasar Renteng agar mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
“Kami sudah lama berjualan di luar pasar Renteng. Sekarang kalau dibangun tembok pembatas, bagaimana dagangan kami bisa dikunjungi pembeli,” ucap Aisyah yang mengaku mulai berjualan sejak tahun 2003 lalu.
Menurut Aisyah, pemerintah daerah hendak melakukan penembokan di Pasar Renteng lantaran para pedagang di dalam pasar merasa tersaingi dengan lapak yang ada di luar. Padahal, kata Aisyah, rejeki itu sudah diatur oleh Allah.
“Kita sebagai manusia kan hanya bisa berdoa dan berusaha, urusan nanti ada orang mau belanja atau tidak, itu rejeki masing-masing. Mau jualan di dalam gang pun kalau memang sudah rejeki, Insya Allah akan laris manis,” tutur Aisyah sambil menyeka air mata sedih.
Aisyah didampingi teman-teman pedangannya mengungkapkan, para pedagang yang ada di luar hanya sifatnya melengkapi kebutuhan. Mungkin tidak tersedia di lapak dalam pasar, biasanya baru para pembeli keluar mencari ke luar.
“Sebenarnya tidak perlu ada yang merasa cemburu. Para pembeli biasanya begitu datang langsung masuk pasar. Dan jika yang dicari tidak ada di dalam baru mereka keluar mencari. Artinya, kami para pedagang yang di luar itu seakan hanya sebagai lapak cadangan saja. Tidak perlu diresahkan. Dan kami tidak pernah mengganggu apalagi memaksa masyarakat untuk belanja,”’ papar Aisyah.
Karena itu, kata ibu beranak dua itu, tidak ada alasan lagi bagi pedagang dalam pasar maupun pemerintah daerah untuk melakukan penembokan lingkar pasar.
“”Biarkan kami juga mencari nafkah dari luar,” pinta Aisah.
Tinggalkan Balasan