Doktor Fulham: NW Butuh Lebih Banyak Lagi Tokoh Moderat

Doktor Saipul Hamdi, MA

LOMBOkita – Organisasi keagamaan Nahdlatul Wathan (NW) membutuhkan lebih banyak lagi tokoh-tokoh yang moderat khususnya di internal NW dalam menyikapi perbedaan dan konflik yang terjadi.

“Percuma kita bicara kebhinekaan dan pluralisme, terbuka dan bersahabat dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, NU, Salafi, atau Ormas yang lain, tetapi sesama saudara se NW tidak bisa saling menerima,” ungkap Dr. Saipul Hamdi, MA, salah seorang pemateri dalam seminar internasional yang digagas Himmah NW di Gedung Birrul Walidain YPH PPD NW Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin (2/9/2019).

Saipul Hamdi yang kerap dipanggil Doktor Fulham ini melihat adanya pergeseran identitas di dalam NW pasca reformasi, di mana orang tidak lagi bertanya apakah anda NW atau NU, apakah anda NW atau Muhammadiyah, tetapi yang ditanya apakah anda NW Anjani atau NW Pancor, apakah anda Hizbullah atau Satgas.

Padahal kedua NW, menurutnya, tidak memiliki perbedaan dalam konteks teologi. Kedua NW masih memiliki hizib yang sama, logo NW yang sama, amalan tarekat yang sama. Hampir tidak ada yang berbeda kecuali kepengurusan.

Dr. Fulham yang juga Direktur Pusat Studi Islamic Culture and Society (ICS) Unram juga mengajak untuk melihat visi dan misi NW. Potongan doa “Wansyur, Wahfaz, wa Ayyid Nahdlatul Wathani fil ‘Alamina Bihakkimuhammdin Shallawhualaihi Wasallam.”

“Kata wansyur mendorong kader-kader NW untuk menyebarkan NW hingga ke level nasional dan internasional,” tandas Dosen Sosiologi di Universitas Mataram ini.

Menurutnya, NW tidak boleh stagnan di satu tempat atau di Lombok saja, bila perlu NW harus menjadi gerakan transnasional.

Dia mencontohkan fenomena gerakan Jamaah Tabligh yang telah ekspansi ke 180 negara dengan jumlah anggota sekitar 12-40 juta orang. Meskipun hanya modal ngajak orang shalat dan keliling dari rumah ke rumah untuk dakwah, tetapi Jamaah Tabligh berani dakwah sampai ke Amerika. Sedangkan kader-kader NW yang telah memiliki modal pengetahuan agama dan tradisi kitab kuning yang kuat, belum mampu membawa NW ke ranah internasional.

Doktor Fulham berpendapat bahwa pintu masuknya NW ke luar negeri bisa melalui pengembangan tharekat Hizib NW. “Kalau pendirian cabang organisasi mungkin agak sulit diterima, tetapi kalau tharekat peluangnya besar,” kata alumni MAK NW tersebut.

Dia mengilustrasikan bahwa tharekat Naqsabandi telah berkembang di hampir semua negara di dunia. Itupun hanya modal zikir, dan tharekat ini faktanya diterima luas oleh komunitas internasional. Kenapa tharekat NW tidak melakukan hal yang sama. Tinggal terobosan dari tokoh-tokoh NW untuk melakukan pengembangan tharekat ini.

Dia juga menyorot kualitas output lembaga pendidikan NW yang kesulitan bersaing dengan institusi pendidikan yang lain. NW dikepung oleh kehadiran kelompok-kelompok transnasional termasuk Wahhabisme, Salafisme, Tablighi, Ahmadiyah dan lain-lain.

Sekolah Islam terpadu jauh lebih laku dibanding sekolah NW meskipun mahal. Sekolah yang dipelopori PKS ini mampu menggeser sekolah-sekolah NW yang mapan.

“Jika NW tidak mampu membenahi kualitas output pendidikannya, maka sekolah NW akan ditinggal oleh jamaahnya dan beralih ke sekolah-sekolah dengan brending Islam yang baru,” kata pria kelahiran Paok Lombok Kecamatan Suralaga Lombok Timur itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini