Ditanya Melenggang ke Istana atau Diam di NTB, TGB Menjawab Tergantung Takdir Alloh
LOMBOKita – Jelang pendaftaran Pilpres 2019, banyak nama yang bemunculan ke permukaan publik.
Nama-nama tersebut berasal dari berbagai kalangan seperti tokoh partai, pengusaha, dan kepala daerah.
Satu di antaranya adalah Muhammad Zainul Majdi atau yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB).
Sejak tahun 2017, secara mengejutkan TGB menyatakan dukungan dia untuk Jokowi maju memimpin Indonesia dua periode.
Pernyataan itu lantas mengejutkan banyak pihak mengingat TGB adalah ketua tim sukses Prabowo Subianto tahun 2014.
Hadir di Satu Meja Forum Kompas TV episode Akal Sehat atau Siasat, Senin (16/7/18), TGB memberikan keterangan terakit stament dia mendukung Jokowi dua preiode.
Dia juga menjawab isu-isu tentang dia.
TGB menjelaskan ada dua pernyataan yang dia lontarkan.
Pertama, TGB memposisikan diri sebagai anak bangsa.
TGB menilai kompetisi di dunia politik bukan untuk saling menjatuhkan, melainkan berlomba-lomba untuk kebaikan.
Sedangkan yang kedua, TGB mencoba introspeksi diri dan mengimbau agar jangan sampai yang menggunakan ayat-ayat untuk kepentingan politik.
“Saya mengalami langsung, mendengar langsung ilustrasi perhelatan ke depan antara haq dan bathil, iman dan kufur. Bagaimanapun Indoneisa sejak awal meletakkan sentimen keagamaan sebagai salah satu pilar,” jelas TGB.
“Ini intropeksi untuk kita semua, pengingat kepada saya bahwa hadirkan dalam ruang publik wacana-wacana apalagi menjelang kontestasi politik,” tambah dia.
Pada pilpres 2014, TGB merupakan ketua tim pemenangan pasangan Prabowo di NTB.
TGB menegaskan, ketika Prabowo tidak terpilih menjadi presiden maka selesai pula dukungan yang diberikan TGB untuk ketua umum Partai Gerindra itu.
Selama empat tahun, TGB menilai Jokowi bersungguh-sungguh dalam bekerja.
“Beliau bersungguh-sungguh bekerja menghadirkan apa yang terbaik,” ujar TGB menilai Jokowi.
TGB menilai Jokowi memiliki ketekunan dalam diri.
Dalam kesempatan itu TGB juga menanggapi isu ‘kutu loncat’ yang disematkan untuk dia.
Saya tidak perah bersebrangan, tidak pernah masuk ke partai gerindra, tidak pernah ikut program-program politik yang diselenggarakan Prabowo,” kata dia.
Bahkan TGB mengatakan, pada 2014 dia menjadi timses Prabowo karena diminta oleh tokoh yang sangat dia hormati.
Sekali lagi, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu memiliki hak individu untuk memberikan dukungan kepada siapaun yang menurut dia pantas diberi dukungan.
Adakah agenda politik dibalik dukungan TGB terhadap Jokowi?
Selama ini dukungan yang diberikan untuk Jokowi dinilai sebagai maneuver TGB.
Pria 46 tahun itu menjelaskan dia sudah memberikan dukungan kepadaJokowi sejak akhir 2016.
TGB melihat Jokowi mampu meningkatkan pembangunan di NTB.
“Dan beliau (Jokowi) terus menerus beruapaya menghadirkan pembangunan di seluruh Indonesia,” kata dia.
TGB juga menampik dukungan yang dia berikan ada sangkut pautnya dengan partai demokrat.
“Dukungan saya semata-mata murni sebagai anak bangsa tidak ada sangkut paut dengan partai demokrat,” kata dia.
Beberapa waktu yang lalu, TGB dikabarkan tidak diundang dalam rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat yang diselenggarakan oleh SBY pekan lalu, (9/7/2018).
Membenarkan hal itu, TGB mengaku hingga saat ini dia tidak pernah dapat teguran dari Partai Demokrat.
Bahkan dia berusaha untuk bertemu dengan Majelis Tinggi Partai Demokrat namun hingga saat ini belum bisa bertemu.
“Saya memang tidak diundang, faktanya memang seperti itu. (Alasannya) saya tidak tahu,” tutur TGB.
“Saya sudah minta bertemu tapi masih belum ada waktu untuk bertemu. Saya tetap husnuzon bahwa memang benar-benar belum ada waktu,” tambah dia.
Nama TGB masuk dalam daftar 10 besar calon wakil presiden Jokowi.
Itu menjadi hal mengejutkan untuk TGB.
Namun seperti apa nantinya, dia menyerahkan semua keputusa kepasa Jokowi.
“Ya tentu disyukuri tapi itu tetap jadi hak pretogatif pak presiden,” kata dia.
Bulan Mei yang lalu TGB diperiksa oleh KPK di Markas Polda NTB.
Selain itu TGB pernah terlibat aksi 411 dan 212.
Menanggapi hal itu, TGB menuturkan jika aksi itu ia lakukan karena menurut dia ada hal yang sudah melampaui batas.
Setelah Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dipenjara maka semua dianggap TGB selesai.
Tidak ada lagi dendam.
Budiman Tanuredjo yang merupakan pemandu acara memberikan dua pilihan.
TGB diminta memilih satu di antara dua.
Antara jadi jubir atay wapres, TGB memilih jadi wapres.
Namun saat ditanya berlabuh di istana atau tetap di NTB, dia hanya diam.
“Saya 2018 selesai di NTB,” jawab TGB.
Namun itu bukan jawaba, Budiman kembali menyampaikan dua pilihan.
“Bisa jawab alternatif lain ga?” kata TGB.
Hingga akhir durasi, ketika pembawa acara menanyakan pilihan TGB tak kunung memilih antara berlabuh di istana atau menetap di NTB.
Dua pilihan itu hanya dijawab TGB dengan pernyataan “Ke mana Allah SWT mentakdirkan.”