Dialog Kebangsaan Pencegahan Radikalisme bersama 3 Pilar dan Tantangan Kamtibmas di Tahun Politik
LOBAR LOMBOKita – Dialog kebangsaan pencegahan radikalisme dan tantangan kamtibmas menjelang pemilu, di gelar aula kantor Pemkab Lombok Barat, Senin (11/12). Kegiatan tersebut di hadiri tokoh agama, masyarakat OKP serta Forkopinda dan Forkopincam, Babinsa dan lainnya.
Bupati Lombok Barat diwakili Sekda dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan tersebut, karena persatuan dan kesatuan dalam keanekaragaman tetap dijaga,
” persatuan dan kesatuan dengan keanekaragaman ini, tugas kita semua untuk merawat,” ucapnya.
Terlebih saat ini negara sedang menggelar pesta demokrasi lima tahunan, yang membutuhkan kekuatan yaitu persatuan dan kesatuan tetap terjaga, sehingga perhelatan pesta demokrasi dapat berjalan aman dan lancar
” dialog ini sangat baik, untuk memberikan pencerahan dan pendidikan, agar terbiasa hidup dalam perbedaan, tanpa mengorban persatuan dan kesatuan
” semua elemen masyarakat Pemkab Lobar mengajak agar sama sama menjaga kondusifitas, sehingga persat demokrasi Pemilu terlaksana kondusif,” pesannya.
Kasatgas Densus 88 Mabes Polri Kombes Pol Wagi Sugiarta, dalam sambutannyapun, memberikan apresiasi kepada Pemkab Lobar, yang telah mendukung kegiatan dialog tersebut.pasca peristiwa penegakan hukum terkait dengan Teorisme,
Karena hal ini mendapatkan Respon cukup positif dari masyarakat, sehingga untuk mencegah agar masyarakat tidak terpapar radikalisme dan terorisme,maka diskusi dan dialog seperti ini digelar.
” munculnya faham faham radikal yang memuncukan intoleransi seperti ini, untuk dilakukan pencegahan ” katanya, karena tak menutup kemungkinan ada ASN, TNI, Polri yang terpapar dan hal ini yang dicegah.
Salah seorang mantan teroris yang telah dihukum diacara diolog tersebut. Menceritakan latar belakangnya terlibat jaringan teroris tersebut. Dan dirinya saat ini telah sadar, dan mengaku telah kembali kepangkuan ibu pertiwi NKRI
” untuk menjaga kondusifitas,khsusnys dilembaga pendidikan, aparat keamanan agar melakukan antisifasi dini, karena doktrin doktrin yang dilakukan kelompok radikalisme dilakukan melalui media sosial (medsos),” jelasnya.
Dalam dialog kebangsaan tersebut, juga menghadirkan narasumber Dr. Wachid Ridwan Dosen Pascasarjana UMJ, serta Dr. M. Najih Arromadloni Bpet (MUI Pusat),
Tinggalkan Balasan