Di Hadapan Ribuan Jamaah, TGB Ingatkan Warga NW Jangan Masuk HTI
LOMBOKita – Yayasan Pendidikan Hamzanwadi, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor sebagaimana tradisi setiap tahun menyelenggarakan pengajian pada hari-hari besar agama Islam. Seperti 1 Muharram 1441 Hijriyah tahun ini yang bertepatan dengan Ahad (1/9/2019).
Pengajian menyambut tahun baru Islam tersebut dilaksanakan di aula Ponpes Darunnahdlatain NW Pancor yang dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) Dr. TGB. KH. Muhammad Zainul Majdi, MA beserta fungsionaris, para masyaikh, asatiz dan asatizah, thullab MDQH beserta ribuan warga Nahdlatul Wathan yang datang dari berbagai penjuru di daerah itu.
Pengajian 1 Muharram menjadi agenda rutin sejak hayat pendiri NWDI, NBDI, dan NW Almagfurlah Maulanasyeikh TGKH. Muhammad Zainddin Abdul Madjid
Kali ini, pengantar pengajian disampaikan Dr. TGH. Salimul Jihad, yang dalam pemaparannya menyampaikan supaya ummat Islam mengisi momentum-momentum atau hari-hari penting dalam Islam dengan memperbanyak mengingat Allah SWT.
TGH. Salim yang juga salah seorang masyaikh di MDQH NW Pancor ini menyebut, setidaknya ada tiga hal yang harus kita lakukan dalam mengisi momentum hari-hari besar ummat Islam, termasuk 1 Muharram. Pertama, memperbanyak memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan salah yang telah kita lakukan pada tahun sebelumnya. Kedua, memohon kepada Allah supaya bisa terus dapat memperbanyak amal-amal baik kita di hari-hari sisa hidup kita. Ketiga, memuhasabah diri kita
“Bertambahnya usia harusnya diikuti dengan bertambahnya kebaikan yang kita lakukan,” jelas beliau
Sementara itu, dalam pengajian utama yang disampaikan Ketua Umum PBNW TGB. KH Muhammad Zainul Majdi berpesan kepada seluruh warga NW jangan sampai mengikuti kelompok-kelompok yang menggunakan bendera mengatasnamakan Islam, namun ajarannya justru memecah belah umat Islam.
“Saya berpesan kepada seluruh warga Nahdlatul Wathan untuk jangan sampai ikut ke dalam kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam dan menggunakan bendera-bendera Islam, namun tujuannya justru ingin memecah belah umat Islam yang ada dalam satu bangsa dan negara,” tegas TGB Zainul Majdi.
Secara gamblang, TGB mengambil contoh hadirnya kelompok bernama Hizbut Tahrir (HTI), yang dianggapnya benderanya Islam, namun isi dan tujuannya justru ingin memecah belah umat Islam dalam suatu bangsa dan menganggap hanya faham merekalah yang benar sesuai ajararan Islam.
“Almaghfurlah Maulanasyeikh, telah jelas menggariskan kita untuk berislam dengan Islam yang moderat. Islam yang tidak memisahkan antara agama dengan negara,” tandas TGB.
“Wahai Indonesia, engkau adalah lambang persatuanku. Jiwaku sebagai tebusan bagimu,” imbuh TGB mengutif salah satu bagian dari syair Almagfurulah Maulanasyeikh.
TGB dalam kesempatan ini juga mengingatkan pentingnya kehadiran sahabat dalam perjuangan. Menurut TGB, kehadiran sahabat itu sangat penting dalam menemani setiap gerak langkah perjuangan kebaikan yang dilakukan.
“Hadirnya sahabat yang setia mendukung saat kita berjuang, itu menjadi kenikmatan yang luar biasa bagi kita,” jelas Gubernur NTB dua periode ini.
Kepada para santri dan santriwati, TGB berpesan untuk senantiasa menjaga adab dan akhlak seorang santri serta tidak ikut-ikutan mengikuti paham keislaman dari seseorang yang karena memiliki banyak followers di media sosial.
“Lucu sekali kalau ada santri yang lama mengaji kemudian ikut kepada seseorang yang baru belajar Islam kemudian menjadi ustaz di media sosial,” tandas Doktor Tafsir Al Qur’an Universitas Al Azhar Mesir ini.
Selain itu, TGB juga berpesan untuk menjadi santri/santriwati yang bisa ikut serta menyebarkan faham-faham baik yang telah diajarkan oleh para tuan guru di pondok pesantren. Salah satu caranya adalah dengan menulis ilmu-ilmu yang telah didapatkan kemudian disebarluaskan melalui berbagai media yang ada.
“Ada banyak imam-imam hebat selain dari imam mazhar yang kita kenal namun ajarannya tidak bertahan lama sampai dengan saat ini karena tidak ada murid-muridnya yang menulis lalu kemudian menyebarkannya,” jelas TGB yang juga ketua OIAA Indonesia ini.
Pengajian kemudian ditutup dengan pembacaan doa pusaka yang dipimpin oleh TGH. Mustofa Alawi.
Tinggalkan Balasan