Densus 88 Satgaswil NTB, Bersama PIK R Hamzanwadi Gelar Pencegahan Paham IRET Dikalangan Pelajar

Keterangan FOTO : para peserta dari pelajar SMA, SMK dan MA di kalangan Ponpes berfose bersama nara sumber.

LOTIM LOMBOKita – Densus 88 Satker wilayah NTB menggelar Event Genre Summit PIK-R Hamzanwadi pencegahan paham intoleransi,radikalisme, ekstremisme, dan terorisme bersama Universitas Hamzanwadi di Gedung aula Pasca Sarjana Unham Pancor, Sabtu (14/6).dengan peserta Pelajar SMA, SMK dan Madrasah Aliah se-NTB

Menurut Ipda Embu. Hariadi perwakilan Tim Cegah Satgaswil NTB Densus 88 mengatakan, kegiatan ini digelar sebagai langkah pencegahan dini bagi para pelajar SMA, SMK, MA khususnya dilingkungan Pondok pesantren, agar terhindar dari penyebaran fajam radikal, intoleransi dan eskrem dikalangan pelajar.

” kegiatan IRET ini untuk meningkatkan kesadaran para pelajar terhadap akan bahayanya faham idiologi radikal,” ucapnya.

Salah satu langkah pencegahan, menurut Embun, yaitu meningkatkan toleransi antar umar beragama, termasuk para remaja tidak mudah terporopokasi, terutama berkaiatan dengan isu isu intoleransi, diskriminasi, kebencian, dan tindakan kekerasan terhadap kelompok yang berbeda berdasarkan agama, ras, etnis.

” kita berharap para pelajar agar, berpendidikan agama yang moderat, menguatkan pendidikan kewarganegaraan, peningkatan literasi digital, serta pembentukan karakter yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi,” katanya.seraya berharap generasi muda khsusnya para pelajar di NTB terhindar dari paham radikal, tetapi tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan cinta damai

Sementara itu Sekretaris Rumah Moderasi Beragama UIN Mataram (sebagai Duta Cegah Tim Satgaswil NTB) M Dimas Hidayatullah Wildan selaku nara sumber mengatakan, Moderasi beragama, adalah upaya untuk mewujudkan kehidupan beragama yang harmonis, damai, dan inklusif di tengah masyarakat, seperti tidak mengganggu ibadah agama lain, menghargai perbedaan pendapat masalah agama serta berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan

” sangat penting penguatan Moderasi beragama, sebagai upaya untuk menyeimbangkan praktik beragama agar tidak ekstrem,” katanya.

Selain itu Wildan dihadapan para pelajar menyampaikan, prinsip utama moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghargaan terhadap tradisi atau budaya lokal (local wisdom).

” Moderasi beragama menjadi kunci dalam membangun sikap toleran dan rukun,” jelasnya, seraya berharap, para pelajar yang menjadi peserta turut untuk ikut mengedukasi masyarakat akan bahaya IRET tersebut.

Sementara itu sumber lainnya, seperti Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si (Kepala Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Perwakilan Nusa Tenggara Barat) juga menjelaskan pentingnya pembangunan keluarga yang berkualitas, sehingga terbenttuk generasi muda yang sadar akan isu isu kependudukan, seperri mampu membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan reproduksi dan keluarga, serta memiliki karakter yang kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik.

” generasi muda juga hendaknya menghindari pernikahan dini dan di bawah umur,kare hal itu berpengaruh negatif terhadap kesehatan,” pesannya.

Hal senada diungkapjan dr. Rina rihayani, S.Kep .Ns (Pembina PIK R Hamzanwadi), Ia mengatakan pernikahan dini memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, serta sosial dan ekonomi dan menekankan terkait risiko kesehatan reproduksi, seperti masalah kehamilan dan persalinan pada usia muda, serta peningkatan risiko penyakit menular seksual

Pernikahan dinipun seringkali memaksa remaja untuk putus sekolah, sehingga membatasi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup.

” para pelajarpun harus benar benar memahami dampak negatif dari pernikahan Dini, dan sebisa mungkin di hindari ” katanya.