Data Bappenas 91 Desa Di Lombok Timur Masuk Kantong Kemiskinan

LOTIM LOMBOKita – Kepala Bappeda NTB Ir Iswandi mengatakan, di Lombok Timur ada 91 desa sebagai kantong kemiskinan, sebagaimana data yang dikeluarkan Bappenas. Dari jumlah tersebut 31 desa diantaranya kantong kemiskinan ekstrim..

” Dari 91 desa ini, ada 31 desa yang kantong kemiskinannya ekstrim,” ungkapnya dalam sambutanya pada Musrembang RPJMD kabupaten Lombok Timur, di pendopo Bupati, Kamis (22/5).

Menurut Kepala Bappeda NTB, terhadap kasus kemiskinan ini, akan menjadi wilayah intervensi pemerintah provinsi dalam menurunkan angka kemiskinan di NTB.melaluindesa berdaya

” Untuk menurunkan angka kemiskinan ini, pak gubernur akan fokus di mulai dari desa,” katanya, dengan intervensi pemerintah provinsi (Gubernur) dengan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten, masyarakat keluar dari kemiskinan, serta desa yang miskin menjadi desa yang makmur.

Tidak itu saja, Gubernur NTB menurut Iswandi,akan membangun kemandirian pangan, melalui desa mandiri pangani, karena selama ini NTB, dari 12 komoditi pangan hanya bisa memenuhi 5 komoditi, lainnya di datangkan dari luar daerah,

” Kedepan Pemprov inginkan 7 komoditi yang di datangkan dari luar, dapat tertangani sendiri,” katanya, seraya mengatakan selama ini pemerintah fokus pada infrastruktur saja, dalam kepemimpinan Gubernur NTB L Iqbal akan lebih fokus terkait ketahanan pangan.sebagaimana arah kebijakan pemerintah pusat.

Lebih lanjut Kepala Bappeda NTB mengatakan, melalui RPJMD yang disusun saat ini, akan menjadi forum sinergisitas pemerintah kabupaten dengan pemerintah provinsi, untuk membawa kemajuan lebih cepat untuk NTB.dengan harapan Lima tahun kedepan NTB memiliki ekonomi yang maju.

” RPJMD sangat menentukan arah kemajuan suatu daerah,” katanya, seraya meyakinkan, Lombok Timur akan dapat mewujudkan program SMARTnya, seperti visi NTB, NTB mendunia.

Iswadi juga memberikan apresiasi kepada Bupati Lombok Timur dalam hal peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.