Bupati Lobar: Nama Bandara ZAM Tak Perlu Diperdebatkan Lagi

LOMBOKita – Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid mengatakan, perubahan nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) sudah pantas dan tak perlu diperdebatkan lagi dalam pro atau kontra.

Apalagi nama yang disematkan adalah nama Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) merupakan tokoh dan satu-satunya pahlawan nasional dari NTB.

“BIZAM kan disematkan dengan nama Pahlawan Nasional dari NTB, jadi sebenarnya tidak perlu lagi ada perdebatan. Yang sekarang harus dilakukan adalah kita bersama-sama bersinergi membangun NTB ini,” kata Fauzan Khalid.

Menurutnya, perdebatan bisa terjadi jika nama yang digunakan sebagai nama BIL adalah nama tokoh lain atau tokoh luar NTB.

“Kalau nama lain mungkin bisa jadi perdebatan. Tapi ZAM ini kan satu-satunya pahlawan nasional dari NTB, sehingga harus jadi kebanggaan bersama masyarakat NTB,” katanya.

Ia mencontohkan di daerah lain yang juga menyematkan nama pahlawan nasional pada nama Bandara. SepertiBandara Ngurah Rai di Bali, Bandara Djuanda di Surabaya, Bandara Adi Sucipto di Yogyakarta, dan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar.

Fauzan mengatakan, pro dan kontra soal nama Bandara hendaknya bisa diredam dan disudahi. Sebab, citra daerah akan ikut terpengaruh jika masalah ini terus mencuat.

Apalagi Lombok, NTB akan menjadi tuan rumah event MotoGP 2021 mendatang yang tentunya butuh situasi yang kondusif.

Sementara itu, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi BIL Lombok Tengah juga sudah berganti nama menjadi BMKG Stasiun Zainuddin Abdul Madjid (ZAM).

Pergantian nama tersebut berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) BMKG Pusat.

“Iya benar sudah (diganti). Stasiun Meteorologi ZAM, sesuai Perka BMKG Pusat. UPT wajib mengikuti Perka yang sudah ada,” kata Prakirawan BMKG BIL, Agastya Ardha Chandra Dewi.

Menurut Dewi, perubahan nama Stasiun Meteorologi BIL menjadi ZAM berdasarkan Peraturan BMKG Nomor 14 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan BMKG Nomor 8 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meterologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi dan Stasiun Geofisika.

Dalam Peraturan BMKG disebut wilayah III Stasiun Meteorologi Lombok Tengah menjadi Zainuddin Abdul Madjid.

Peraturan BMKG tersebut ditetapkan di Jakarta pada 26 Desember 2019 oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13 Komentar

  1. Anonim
    Anonim

    Gk pahan sejarah….bizam pasti lombok….wawasannya jgn sempit…sbnrx menghargai jasa beliau gkda apa”x dgn hy menyematkan nama..tpi inilah bagian dri cara kita utk trs mngingat dan mnghargai jasanya..satu”nya pahlawan Nasional yg mmg lahir dilombok…anak lombok asli…

  2. Anonim

    Rencananya Sirkuit GP Mandaika juga mau di rubah sebelum peresmian nanti!
    Jadi tolong masyarakat,Damai Terima saja ya!
    Mungkin namanya Sirkuit NW Kute,Pancor,Anjani!

  3. Anonim

    Kasian sekali kita,gara2 nama harus saling bentrok.
    Perubahan itu akan membuat kita pecah,tuan guru juga tidak setuju jika ini terjadi.!
    Bagi yang mau merubah tolong di fikirkan,apa kita rugi kalau tetap dngan nama BIL??dan sebaliknya.
    Tolong di lihat dari sisi2 lainnya,! Jangan egois,!
    Kita akan melihat,banyak yg akan mmbenci pahlawan trsebut.,yg seharusnya kita hormati,nnti akan trdengar mmbenci.! Akan tercoreng karna masyarakatnya, dan bukan mnghormati jasanya.
    BIL itu Lombok.
    bizam itu belum tentu Lombok.

  4. Anonim

    Pak Bupati lobar diurus lobar saja biarkan loteng yang merotes, bundaran yang di mendagi kasih nama ZAM, terus di urus itu bundaran sebagai ikon lobar, koq bundaran di timbun dan tdk dirapikan lagi apa kekurangan dana atau dijadikan pembuangan, apa bpk bupati pas lewat senang melihat tumpukan tumpukan material, kl itu adalah proyek tolong pak bupati diselesaikan dengan tuntas dan dibuat yang indah, biar wisatawan yang lewat bisa kagum sama lobar.

  5. Hecker yoon

    Nama bandara d ubah menjadi nama kyai trrkemuka, tapi gara2 adanya gelar pahlawan nasional kmudian dapat d jadikan nama bandara, bandara adalah akses masuk para wisatawan mancanegara yg dari segi budaya agama dan kehidupan jelas sekali perbedaannya, contoh kecil wisatawan yg memakai pakaian yg tidak pantas, akses masuknya suatu kejahatan nantinya…… hai Xln yg mendukung perubahan apa mau di akhirat nanti anda mempertanggung jawabkan perbuatan anda…?

  6. Anonim
    Anonim

    jangan ribut dengan permasalahan nama bandara……..kebanyakan orang pinter yang kelihatan banyak berkelahi dibandingkan orang awam

  7. Anonim

    Mau ditaruh di bndara atau diterminal klu emas ya tetap emas, gak ngaruhlah,tpi emas tsb akan bertambah karatx jika pihak klrga atau pndukung nama zam mau berbesar hati untuk mengkaji ulang keinginanx dngan adax prokontra begini, oke…???

  8. Anonim
    Anonim

    Karena tdk ada keluarganya yg jadi gubernur makanya tokoh dari lombok tengah tidak bisa diusulkan jd pahlawan nasional

  9. Anonim
    Aginkcell

    Kalau ada pahlawan nasional dari Lombok tengah, silahkan diusulkan, penuhi syarat2nya.. jika memang ada kita juga senang banyak pahlawan nasional dari daerah kita

  10. Anonim
    Anonim

    Warga Lombok tengah mana yg marah…yang setuju sangat banyak

  11. Anonim
    Aginkcell

    Jangan berburuk sangka terus…

  12. Anonim

    Kalo tak tau sejarah tentang BIL sebaiknya jangan membuat pernyataan yang bisa membangkitkan kemarahan rakyat Lombok Tengah.

  13. Aginkcell

    Tp cara mndptkn gelar pahlawannya ada unsur politik,sedangkan pahlawan yg berasal dr lombok tengah itu banyak.kalau di daerah lain wajar krna dapat gelar dulu baru ada bandara,kalau ini sebaliknya.pantas masyarakat loteng geram.