Mencipta Kebun Hijau di Lahan Kering
Kawasan Lombok Selatan dari timur sampai barat umumnya didominasi oleh lahan kering tandus. Jangankan untuk menyiram tanaman, untuk mandi cuci dan minum saja masih menjadi masalah.
Dalam kondisi demikian hampir tidak ada orang yang membayangkan akan ada tanaman hijau royo-royo menghiasi lahan-lahan kosong di sana apabila telah memasuki bulan juli sampai akhir tahun di setiap tahun.
Dalam imajinasi banyak orang sudah pasti yang dibayangkan adalah kekeringan, tanah yang menganga lantaran dihantam terik matahari berkepanjangan.
Pada yang demikian itu ternyata selalu ada pengeculian di mana muncul salah seorang sarjana pertanian lahan kering mencoba melawan kondisi alami tersebut dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sederhana yang dimilikinya.
Bermula pada tahun 2016 silam, ia memulai mencoba menanami lahan seluas 1 hektar are di wilayah Ekas kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Ekas dikenal sebagai daerah pesisir pantai di mana area tanaman yang dikerjakan oleh Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) berada sekitar 400 sampai 500 meter dari bibir pantai Kura-Kura di selatan dan pantai Rungkang di barat.
Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) tertantang untuk menanami lahan keringnya dengan buah karena memang buah-buah yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di hotel-hotel /penginapan/ home stay daerah pariwisata selalu didatangkan dari luar daerah. Di sisi lain lahan-lahan yang luas mestinya bisa dihijaukan agar supaya bisa menjadi destinasi wisata alam ungkapnya.
Ia pun mendatangkan sekitar 477 anakan pohon buah seperti jeruk, kelengkeng kelapa dan anggur, tetapi yang dominan adalah tanaman Jeruk. Dalam dua tahun berjalan kata Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) hanya 5 anakan pohon yang mati. Perlahan tetapi pasti lahan yang luas tandus itu pun menjelma menjadi kebun hijau memanjakan mata.
Itu tidak lepas dari teknologi menanamnya yang baik dan terukur. Mula-mula dilubangi dengan ukuran 70 cm × 70 cm dengan kedalaman 60 cm. Di sini ditaruhin sabut kelapa secukupnya bahkan juga ditaruhin pempes bekas yang direndam semalam agar penuh dengan air. Sebelum ditaruhin sabut kelapa atau pempes bekas yang berair sebulan sebelumnya telah ditaburi pupuk organic (kandang).
Dengan system yang dibuat di atas maka berjalanlah rencana penanaman buah-buahan Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi), di mana tantangan terberatnya memang memenuhi kadar air dari masing-masing anakan pohon. Namun dengan menerapkan pola tanam yang diterangkan di atas tanaman-tanaman buah jeruk tidak sampai mati ketika menghadapi terik matahari tetapi hanya layu sebelum mendapatkan siraman air.
Untuk penyiraman Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) mula-mula menggali tanah untuk dibikin telaga. Ketika hujan datang telaga berisi air penuh dan itulah yang dipompa untuk dialirkan lewat selokan-selokan kecil yang dibuat untuk menyiram selama 3 tahun berjalan di dukung dengan mengambil air memakai mobil tangki dari Desa Tutuk Kecamatan Jerowaru.
Memasuki tahun ke empat yaitu pada tahun 2020 Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) mengebor tanah sampai kedalaman 60 meter dan dari sinilah ia kemudian dapat menyiram tanamannya sepanjang tahun. Dalam 3 minggu tanaman jeruk yang kini telah panen dalam setahun dua kali itu disirami merata.
Bahkan kata Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) yang lulusan pertanian lahan kering, tanaman-tanamannya bisa diatur kapan harus berbuah dan panen. Sesuatu yang sangat sulit dibayangkan sejak sekian lama di kawasan Lombok Selatan.
Kini warga banyak berdatangan berwisata di area yang ditanami Pak Syafrudin Akbar (Amaq Wangi) yang diberi nama Agro Wisata Ekas sambil memetik buah jeruk, Kelengkeng dan Anggur.
Pemasukan dari panen jeruk dalam satu hektar are pernah menghasilkan 3,4 ton. Dalam sekilo misalnya harga 15 ribu dikali 3400 kilo sama dengan Rupiah 51.000.000,00. Di samping itu untuk yang hendak berwissata sambil memetik buah dikenakan biaya masuk 10.000, free makan buahnya dan jikalau memetik untuk dibawa pulang kena timbangan untuk dibayar.

Tinggalkan Balasan