Bau Nyale 2018 Digelar Awal Maret

Sangkep Warige (rapat penentuan) pelaksanaan Bau Nyale tahun 2018 di Open Stage Pantai Seger / foto: Japar/Humas

LOMBOKita – Core event Bau Nyale yang menjadi tradisi tahunan masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah akan kembali digelar tahun ini. Seperti biasa, penentuan tanggal pelaksanaan pesta rakyat ini dilakukan oleh pemangku empat penjuru mata angin bersama pemerintah daerah setempat.

Pelaksanaan core event Bau Nyale tahun ini ditetapkan pada awal Maret yakni tanggal 6-7 Maret berdasarkan “Sangkep Warige” pemangku empat penjuru mata angin yang dilaksanakan di Open Stage Pantai Seger Kecamatan Kuta Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (04/1/2018).

“Sangkep warige” atau rapat penentuan hari Bau Nyale yang berlangsung cukup alot itu dipimpin Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, H. Lalu Moh. Putria. Dihadiri juga Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Camat Pujut, Kepala Desa Kuta, pihak Kepolisian serta sejumlah tokoh adat di Kecamatan Pujut.

Ditetapkannya tanggal 6-7 Maret sebagai pelaksanaan core event Bau Nyale, menurut Lalu Putria, karena berdasarkan hitungan kalender Sasak, bertepatan dengan tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak.

Pemangku empat penjuru mata angin yang hadir dalam sangkep warige itu diantaranya Lalu Moh. Syar’i Bayan atau Mamiq Bayan, H. Lalu Sidik, Lalu Murdi, Ki Delon dan pemangku lainnya.

Kepala Dinas Budpar Kabupaten Lombok Tengah H. Lalu Muhammad Putria menjelaskan, Bau Nyale bukan keinginan dari Pemerintah Lombok Tengah, namun kegiatan ritual ini merupakan peninggalan leluhur yang terus dilestarikan oleh masyarakat.

“Pemerintah daerah hanya membantu meramaikan acara. Sebab, kegiatan ini juga telah masuk kalender tahunan pemerintah. Bahkan telah menjadi even nasional,” ucap Lalu Putria.

Acara “Sangkep Warige” ini juga, menurut Lalu Putria, tidak bisa dilakukan secara sembarangan, melainkan didahului berbagai ritual para pemangku penjuru empat mata angin untuk melihat tanda-tanda alam.

“Para pemangku adat terlebih dahulu melakukan ritual dengan melihat tanda-tanda alam seperti ujan genter (hujan disertai petir), bintang, suara tengkerek dan bunyi gemuruh air laut di pantai Seger,” ungkap Lalu Putria yang kerap disebut penerus Raja Siledendeng ini.

Setelah penentuan tanggal Bau Nyale ini, kata Lalu Putria, barulah pemerintah daerah mengadakan rapat untuk kegiatan menyemarakkan legenda tahunan masyarakat suku Sasak itu.

“Kalau rangkaian kegiatannya, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan provinsi NTB,” kata Putria.

Core event Bau Nyale merupakan ritual adat masyarakat Sasak untuk menangkap cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika. Putri yang sangat cantik jelita ini menceburkan diri ke laut Seger Lombok Tengah karena bingung memilih sejumlah pangeran yang ingin mempersuntingnya. Hal itu dilakukan agar keberadaannya yang muncul dalam wujud cacing laut dapat dinikmati oleh masyarakat banyak. Kemunculan pun setiap tahun yakni pada tanggal 20 bulan 10 berdasarkan kalender Sasak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini