Stroke (Afasia): Gangguan Bahasa yang Mempengaruhi Komunikasi

Problems in communication concept, misunderstanding create confusion in work, miscommunicate unclear message and information, businessman and woman have troubles with understanding each other vector illustration / foto: iStock

LOMBOKita – Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang penting dalam sebuah interaksi. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui bahasa. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain. Namun, tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan baik. Ada beberapa orang yang mengalami gangguan bahasa, salah satunya adalah afasia.

Afasia adalah gangguan bahasa yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Afasia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah stroke. Stroke adalah gangguan pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan kematian sel-sel otak. Kerusakan sel-sel otak di daerah Broca dan Wernicke dapat menyebabkan afasia.

Afasia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu afasia motorik dan afasia sensorik. Afasia motorik adalah jenis afasia yang menyebabkan penderitanya kesulitan dalam memproduksi ujaran. Penderita afasia motorik masih dapat memahami bahasa, tetapi kesulitan untuk mengekspresikan pikiran dan idenya melalui bahasa.

Adapun afasia sensorik adalah jenis afasia yang menyebabkan penderitanya kesulitan dalam memahami bahasa. Penderita afasia sensorik masih dapat memproduksi ujaran, tetapi kesulitan untuk memahami apa yang dikatakan oleh orang lain.

Pengaruh Afasia Terhadap Komunikasi
Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengatur bahasa. Gangguan ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami bahasa, membaca, dan menulis. Tingkat keparahan afasia dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.

Pengaruh afasia terhadap komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

  • Gangguan fungsional komunikasi
    Gangguan fungsional komunikasi adalah kesulitan yang dialami penderita afasia dalam menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, penderita afasia mungkin mengalami kesulitan untuk mengekspresikan kebutuhannya, berinteraksi dengan orang lain, atau melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Gangguan emosional
    Gangguan emosional adalah dampak psikologis yang dialami penderita afasia akibat kesulitan berkomunikasi. Misalnya, penderita afasia mungkin mengalami frustrasi, kesepian, depresi, atau gangguan harga diri.

Gangguan fungsional komunikasi dapat menyebabkan penderita afasia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Penderita afasia mungkin merasa sulit untuk memahami apa yang dikatakan orang lain, atau sulit untuk menyampaikan apa yang ingin mereka katakan. Hal ini dapat menyebabkan penderita afasia merasa frustrasi dan kesepian. Gangguan emosional juga dapat memperburuk gangguan fungsional komunikasi. Penderita afasia yang mengalami depresi mungkin menjadi lebih sulit untuk berkomunikasi. Mereka mungkin merasa tidak mampu untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau mereka mungkin merasa tidak ingin berkomunikasi.

Terapi dan Alat Bantu Komunikasi
Penanganan afasia tergantung pada tingkat keparahannya. Jika afasia disebabkan oleh stroke, maka penanganannya adalah dengan mengobati penyebab stroke tersebut. Selain itu, penderita afasia juga dapat menjalani terapi wicara untuk membantunya meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Terapi wicara dan bahasa dapat membantu penderita afasia untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi mereka.

Terapi ini dapat membantu penderita afasia untuk memperbaiki kemampuan berbicara, memahami bahasa, dan mempelajari cara berkomunikasi dengan menggunakan metode alternatif. Penderita afasia juga dapat menggunakan alat bantu komunikasi alternatif, seperti papan simbol atau perangkat elektronik. Alat bantu ini dapat membantu penderita afasia untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan lebih mudah.

Afasia dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap komunikasi seseorang. Penderita afasia dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta mengalami gangguan emosional akibat kesulitan berkomunikasi. Terapi wicara dan bahasa, serta alat bantu komunikasi alternatif dapat membantu penderita afasia untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menjalani kehidupan yang produktif.

 

Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini