Peran Para Tokoh di Balik Harmoni Antara Ummat Islam dan Buddha di KLU

LOMBOKita – Peran para tokoh agama di Kabupaten Lombok Utara sangat besar dalam menjaga dan merawat harmoni antara ummat Islam dan Buddha. Hal ini disampaikan para tokoh agama dalam podcast yang berlangsung di Tanjung, Rabu (19/2/2025).

Menjadi narasumber dalam podcast itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lombok Utara TGH. Abdul Karim, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Lombok Utara TGH. Dr. Muchsin Muchtar Effendi, Pengurus Persatuan Umat Buddha KLU Rusdianto, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) KLU Amrullah Hasyim dan Kabid KNPK Kesbangpol KLU Suhadman.

Pada kesempatan tersebut, Ketua MUI TGH. Abdul Karim menyampaikan jika di Lombok Utara terdapat setidaknya 240 jiwa masyarakat tinggal di kabupaten yang baru menginjak usia 16 tahun.

Masyarakat Lombok Utara dengan beragam agamanya, ada Muslim sebagai terbesar, Buddha, Hindu dan ada juga Kristen. Sejak ada Lombok Utara bahkan semasih menjadi satu dengan Lombok Barat tidak pernah terjadi namanya persoalan SARA. Biasanya kata tuan guru, kalaupun ada letupan kecil itu biasanya dipicu persoalan di lapangan bola.

“Sehingga di Lombok Utara terkenal nyaman, damai kemudian konflik horizontal hampir tidak ada,” tegasnya.

Begitu juga soal keamanan, di Lombok Utara dipastikannya aman. Kalaupun masyarakat keluar di atas jam 11 atau 1 dini hari pihaknya tidak pernah mendengar adanya kasus kejahatan.

Menurut TGH. Abdul Karim, hubungan antara umat Islam dan Buddha bahkan masyarakat dengan agama lainnya di Lombok Utara dapat terjaga berkat peran semua tokoh lintas agama, bahkan masyarakatnya sendiri.

“Para tuan guru Islam hampir semua tempat intens memberikan bimbingan kepada jemaah dan masyarakat, bahkan itu juga sering disampaikan dalam kajian misalnya. Di Lombok Utara terdapat 46 pondok pesantren dan ini berpengaruh besar terciptanya ekosistem kehidupan bersmayarakat karena pendidikan maju dan ini ada dampak,” sebutnya.

Selain itu ada juga koordinasi verbal bahkan non verbal dalam bagaimana menjaga kehidupan yang harmonis untuk menghargai toleran terhadap sesama.

“Toleransi bisa lihat bagaimana ketika agama Islam merayakan Lebaran, Idul Fitri, tadarussan dimana tetangga Hindu atau Buddha tidak mempersoalkan mereka nyaman saja tidak ada muncul protes,” katanya mencontohkan.

“Karena ini tradisi turun temurun, norma dan etika sudah bisa mengukur. Kemudian disamping toleransi kami bangun pertemuan lintas tokoh dan peran FKUB sangat penting dan kami rasakan,” sambung TGH. Abdul Karim.
Yang masih menjadi perhatian, kata TGH Abdul Karim, di Lombok Utara peta dakwah dengan banyaknya pembinaan masih kurang peta dakwah. Maka dengan demikian, perlu kita turun melihat melakukan secara berkelanjutan. Meskipun keterbatana proses pembinaan jangan berhenti.

Begitu juga edukasi harus berkelanjutan demi terciptanya iklim yang sehat. “Kami MUI Lombok Utara akan terus melakukan hal maksimal sehingga peran organisasi keagamaan bisa berperan fungsi mereka. Baik NU, NW, Muhammadiyah dan ormas lainnya. Semua harus berperan,” katanya tegas.

Peran Forum Kerukunan Umat Beragama KLUPeran Persatuan Umat Buddha KLU
Sementara itu, Perwakilan Pengurus Persatuan Umat Buddha KLU Rusdianto menambahkan, kerukunan antara ummat Islam dan Buddha tetap terpelihara karena ini merupakan warisan. Maka kondisi harmonis dan tenteram ini harus tetap dijaga.

“Kami ummat Buddha di Lombok Utara bukan pendatang baru, hidup rukun kami di internal juga selalu menyampaikan kepada semua ummat kami dalam kesempatan Puja Bakti disampaikan oleh tokoh atau rohaniawan yang disitu menjaga keharmonisan kita bisa berdamai dengan diri baru kepada orang lain,” kata pria sekaligus Kadis Lingkungan Hidup Lombok Utara ini.

Ditegaskan Rusdianto, internal ummat Buddha ada nilai luhur yang selalu diingatkan kepada ummat agar bagaimana kita memiliki sifat cinta kasih atau metta, ketika melihat siapapun muncul perasan kasih maka di situ harus dikembalikan kepada diri kita.

Berikutnya ada Metta karuna belas kasihan, ketika melihat saudara kita mengalami pendiritana terdorong kita memberikan bantuan. Ada juga Metta Mudida yaitu menimbuhkan perasan dalam diri kita bahagian melihat ketika orang lain bahagian.

“Kalau ini kita tanamkan maka kehidupan kita tentram. Ada juga Metta peka, kami tidak mudah terprovokasi kalau ada ajakan hal -hal yakini membawa negatif kepada orang lain dan lingkungan di internal kami maka tidak boleh dilakukan,” urainya.

Berikutnya ada dua pagar menjaga kita, perasaan malu atau hiri malu berbuat tidak baik atau menyakitkan orang lain. Termasuk malu melakukan kedua perasaan takut atau otobai karena apa yang dilakukn hal tidak baik pasti berdampak kurang baik.

“Ada satu piagam terngiang di ingatkan kita, Piagam Ashoka. Raja sendiri mengatakan ketika kita jelakkan atau dengan maksud memojokkan agama lain sama saja kita hancurkan keyakinan kita sendiri, semoga ini tetap jadi pedoman kami,” ungkapnya.

Peran Dewan Masjid Indonesia KLU
ditambahkan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) KLU Ustadz Amrullah Hasyim. Ia menyampaikan bagaimana membawa ummat memakmurkan masjid dan bagaimana memberdayakan ummat agar selalu dekat dengan rumah Allah.

Menurutnya, toleransi beragama sudah baik berjalan di Lombok Utara. Di sini masyarakatnya tidak pernah membedakan agama mayoritas dan minoritas. Sementara soal fenomene yang pernah terjadi, diharapkan kedepan tidak terulang kembali di rumah Allah.

“Kalau ada masalah, apa solusinya. Maka sekecil apapun harus kita selesaikan,” katanya.

Ustadz Amrullah Hasyim membeberkan, dari 397 jumlah masjid di Lombok Utara terdapat 279 musala. Di rumah Allah ini, DMI mengklaim sering mengadakan silaturrahmi dan menanyakan bagaimana keadaan umat dan dipastikan ini kewajiban DMI.

“Masjid murni tempat ibadah dan berharap umat Muslim dan lainnya tempat ibadah digunakan sebagaimana mestinya. Jangan digunakan sebagai bukan fungsinya,” tegasnya.

Dikatakan dia, harusnya kita bangga dengan identitas kita hari ini tanpa harus menciderai hati kita dan orang lain.

“Toleransi tetap jalan tapi jaga koridornya, kalau salam lintas agama baiknya cukup muslim ucap selamat jangan sampai ini jadi masalah dan mengganggu nilai keharmonisan agama. Salam ini identitas, doa jangan campur adukkan,” tegasnya lagi.

Maka dengan itu, atas nama Ketua DMI Ustadz Amrullah Hasyim mengimbau agar tidak menggunakan masjid di luar fungsinya, kendati masjid milik siapapun tapi masjid milik semua umat Islam.

“Kedepan perlu ada awik-awik biar ada batasannya,” katanya.

Peran Kesbangpol KLU
Kepala Bidang (Kabid) KNPK Kesbangpol Lombok Utara Suhadman menuturkan, Lombok Utara merupakan kabupaten baru mekar dari Lombok Barat dan masih banyak kekurangan. Namun soal harmoni antara umat Islam dan Buddha telah lama terjaga. Begitu juga dengan agama lainnya di Lombok Utara.

“Meskipun baru tetapi KLU masuk daerah pertama paling teraman di NTB. Di sini ada masyarakat agama Islam, Buddha, Hindu dan Kristen,” ungkapnya.

Katanya, Kesbangpol merupakan intelijen Pemda maka hal sekecil apapun terjadi di Lombok Utara khususnya menyangkut ibadah, agama, pendidikan, kesehatan dan lainnya pihaknya harus ketehui.

“Kami pantau ini, kalau bupati belum dengar Kesbangpol bupati belum ambil tindakan. Maka kami terus terus memantau apapun,” tegasnya.
Untuk menjembatani ini semua, Kesbangpol telah membentuk Forkopimda yang diisi oleh semua lintas sektoral. Nantinya ada FKDM di masing-masing kecamatan akan dibentuk juga dengan melibatkan para tokoh dan pihak terkait lainnya.

“Jadi apa aspirasi para tokoh dan masyarakat ini akan kami sampaikan kepada bupati,” kata Suhadman.